Jumat 08 Sep 2017 08:59 WIB

Malala Kembali Desak Aung San Suu Kyi Atasi Krisis Rohingya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ratna Puspita
Malala Yousufzai
Foto: EPA
Malala Yousufzai

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Peraih nobel perdamian Malala Yousafzai kembali mendesak pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi untuk berdialog dengan orang-orang Rohingya. Perempuan berusia 20 tahun asal Pakistan itu juga meminta masyarakat internasional untuk turut serta dalam melindungi minoritas Muslim di Myanmar. 

"Kita tidak bisa diam sekarang. Jumlah orang yang mengungsi telah ratusan ribu," kata Yousafzai seperti dilaporkan laman BBC, Jumat (8/9).

Ia mengaku sangat prihatin menyaksikan kondisi Rohingya di Myanmar, terutama terkait dengan status kewarganegaraan mereka. "Saya pikir kita bahkan tidak bisa membayangkan untuk sesaat seperti apa kewarganegaraan Anda, hak Anda untuk tinggal di sebuah negara, benar-benar ditolak," ucapnya. 

Belum lagi bila melihat kondisi anak-anak Rohingya yang terpaksa hidup dalam bayang-bayang kekerasan. "Anak-anak dirampas pendidikannya, mereka tidak dapat menerima hak-hak dasarnya dan hidup dalam situasi terorisme, ketika begitu banyak kekerasan di sekitar Anda, ini sangatlah sulit," kata Yousafzai.

Masalah ini, dia mengatakan, harus menjadi isu hak asasi manusia. Para pemerintah harus merespons dan mengambil tindakan terhadapnya. "Kita perlu bangun dan meresponsnya dan saya berharap Aung San Suu Kyi juga menanggapinya," ujarnya. 

Sebelumnya Yousafzai juga telah mendesak Aung San Suu Kyi untuk mengecam kekerasan terhadap Muslim Rohingya. "Selama beberapa tahun terakhir saya berulang kali mengutuk perlakukan tragis dan memalukan (militer Myanmar) ini. Sekarang saya masih menunggu rekan peraih nobel Aung San Suu Kyi untuk melakukan hal yang sama (mengutuk kekerasan Rohingya," kata Yousafzai melalui akun Twitter-nya beberapa waktu lalu. 

Ia menilai, keputusan Aung San Suu Kyi untuk mengecam dan menghentikan kekerasan terhadap Rohingya sangat ditunggu. "Dunia sedang menunggu dan Muslim Rohingya juga sedang menunggu," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement