Jumat 13 Oct 2017 08:52 WIB

Wawacara Khusus Imam di Militer Inggris, Asim Hafiz

Penasehat Khusus Panglima Inggris, Imam Asim Hafiz, MA.
Foto: Republika/Darmawan
Penasehat Khusus Panglima Inggris, Imam Asim Hafiz, MA.

Apa tantangan terbesar yang dihadapi Muslim yang juga menjadi personel militer Inggris?

Ini terkait dengan tugas saya sebagai penasihat. Menjadi warga Inggris yang Muslim dan masuk menjadi anggota militer bukanlah hal yang tidak mungkin. Saya membantu umat Islam Inggris untuk memahami bahwa ketiganya compatible dan bisa menjadi satu kesatuan.

Saat seorang tentara Inggris yang Muslim kemudian ditugaskan ke negara Muslim, mungkin akan muncul pertanyaan pada diri mereka. Namun, mereka juga harus memahami bahwa kehadiran mereka di negara tersebut bukanlah untuk memerangi Islam.

Mereka hadir di negara tersebut dengan alasan untuk menjaga keamanan. Bahkan, tidak jarang negara tersebutlah yang meminta Inggris hadir di sana. Jadi, mereka pun hadir di negara tersebut atas permintaan tuan rumah.

Selain itu, tugas militer Inggris di negara tersebut bukan untuk menghambat kegiatan ibadah umat Islam. Sebaliknya, mereka justru ingin memastikan umat Islam di sana tetap dapat menjalankan ibadah mereka di tengah keadaan yang aman.

Sebagai Muslim yang juga bertugas di Pemerintah Inggris, apa peran Anda dalam memerangi Islamofobia?

Satu hal yang menjadi masalah adalah ignorance, ketidakpahaman. Orang kerap tidak memahami dan mengenal Islam demikian juga sebaliknya umat Islam tidak memahami umat lain.

Saya akui, memang di kalangan tertentu ada elemen kecil yang ingin memecah belah budaya, agama, dan negara Inggris melalui aksi teror. Tapi, kita harus membangun rasa saling menghormati dengan mengikis ignorance itu. Harapannya adalah agar semua agama, baik itu Kristen, Yahudi, Buddha, Hindu, Islam, bahkan mereka yang ateis bisa menunjukkan sikap saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.

Saat kita menyadari hidup kita penting bagi kita, hidup orang lain pun penting bagi mereka. Inilah yang harus kami bangun untuk menciptakan perdamaian.

Apa pengalaman menarik Anda dalam tugas ini?

Ada dua hal. Pertama, begitu banyak hal yang bisa kita lakukan dengan tugas yang saya emban ini. Saya bisa menjadi jembatan yang menghubungkan antarkomunitas, membantu orang memahami tentang Islam. Saya merasa senang bahwa dengan agama dan pengetahuan yang saya miliki, ada sesuatu yang bisa saya perbuat.

Hal itu kemudian mengarahkan saya pada hal kedua. Pekerjaan saya telah membuat saya bisa berkeliling dunia. Ke Timur Tengah, Afrika, hingga ke Indonesia, negara yang sangat indah.

Setelah saya bepergian ke begitu banyak negara, saya menyadari bahwa manusia itu sebetulnya satu ras yang sama. Manusia di mana pun, mereka mengingnkan hal yang sama. Yaitu, ada makanan tersedia di meja makan, ada pakaian yang melindungi tubuh, serta ada atap yang menaungi kepala kita.

Kita sering menyebut diri kita berbeda dengan yang lain sebagai ras manusia, tapi sebenarnya kita sebetulnya sama. Itulah hal yang menarik.

(Imam Hafiz tersenyum--Red).

Jadi, bisa dikatakan, Anda adalah orang yang bahagia?

Saya merasa prihatin dengan kondisi yang ada saat ini, tapi saya optimistis dengan masa depan kita.

Lantas, bagaimana pendapat Anda selama kunjungan di Indonesia?

Saya sangat senang berada di Indonesia. Kerendahan hati, keramahtamahan, dan kehangatan orang-orang yang saya jumpai di sini. Selain itu, makanannya juga sangat lezat, seperti satai, misalnya. Ada satu lagi, nasi putih yang dibungkus dengan daun. (Imam Hafiz tertawa--Red).

Tapi, hal yang paling berkesan, menurut saya, adalah tentang begitu kuatnya upaya untuk menciptakan rasa kebersamaan untuk memastikan setiap komunitas tetap bersama dan merasa aman di Indonesia. Saya sangat tertarik dengan filosofi nasional Indonesia, yaitu Pancasila. Lima prinsip yang dimaksudkan agar orang-orang memiliki rasa identitas dan kebersamaan yang kuat.

Saya pikir, memiliki sebuah negara yang mengenal identitasnya adalah hal yang sangat penting. Dan satu hal yang paling membuat saya terkesan adalah, walaupun kita tahu di sini merupakan negara mayoritas Muslim, kalian mengakui enam agama yang berbeda. Kalian mau bekerja sama dan menghormati agama lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement