Rabu 18 Oct 2017 15:09 WIB

Xi Jinping Janji Bangun Negara Sosialis Modern Cina

Rep: Fira Nursya'bani/Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Cina Xi Jinping.
Foto: AP
Presiden Cina Xi Jinping.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping berjanji akan membangun negara sosialis moderen yang tidak akan pernah menyalin sistem politik orang lain dan akan tetap terbuka untuk dunia. Hal ini disampaikan Xi saat membuka Kongres Partai Komunis pada Rabu (18/10).

Pidato Xi itu akan memulai kongres yang diselenggarakan Cina dua kali setiap satu dekade. Kongres ini akan berujung pada pemilihan Komite Tetap Politbiro baru yang akan memerintah 1,4 miliar penduduk Cina selama lima tahun ke depan.

Dia menyampaikan visinya itu di depan lebih dari 2.000 delegasi di Aula Agung Rakyat Beijing. Salah satu yang hadir adalah mantan presiden Cina, Jiang Zemin, yang telah berusia 91 tahun. "Dengan kerja keras yang panjang, sosialisme dengan karakteristik Cina telah memasuki era baru, ini adalah arah sejarah baru dalam pembangunan negara kita," kata Xi.

Cina akan melonggarkan akses pasar untuk investasi asing dan memperluas akses ke sektor jasa. Cina juga akan memperdalam reformasi pasar yang berorientasi terhadap nilai tukar dan sistem keuangannya, serta memperkuat perusahaan negara.

Menurut Xi, sistem politik Cina adalah yang paling luas, paling asli, dan paling efektif untuk melindungi kepentingan fundamental masyarakatnya. "Kita seharusnya tidak secara mekanis menyalin sistem politik negara lain," ungkap Xi.

Xi memuji keberhasilan partai, terutama dalam kampanye anti-korupsi. "Pertarungan melawan korupsi telah membentuk pondasi yang luar biasa dan diperkuat dalam pembangunan," jelasnya.

Xi telah melakukan pertarungan tanpa henti untuk melawan korupsi yang mengakar sejak ia menjabat lima tahun lalu. Lebih dari satu juta pejabat telah dihukum dan puluhan mantan pejabat senior telah dipenjara.

Dia juga mengatakan, Cina telah dengan tegas menentang dan mencegah kemerdekaan Taiwan dalam lima tahun terakhir ini. Taiwan telah diklaim oleh Beijing sebagai miliknya sendiri.

Xi memiliki kekuatan konsolidasi yang cepat sejak memegang kepemimpinan partai pada 2012. Ia menghentikan rival politiknya untuk melakukan korupsi dan merestrukturisasi militer.

Fokus kongres kali ini adalah bagaimana Xi berencana untuk memperluas wewenangnya. Perhatian juga tertuju pada kapasitas kepemimpinan apa yang akan diambil Xi setelah masa kepemimpinan keduanya berakhir pada 2022.

Xi berpotensi diangkat sebagai ketua partai, gelar yang membuatnya setara dengan Mao Zedong. Salah satu fokus terpenting adalah apakah Xi akan disebut sebagai "lingxiu", atau pemimpin.

Gelar kehormatan "lingxiu" telah diberikan hanya pada dua orang sejak berdirinya Republik Rakyat Cina pada 1949, yaitu Mao dan penerusnya yang berumur pendek, Hua Guofeng. Keputusan tersebut akan diumumkan secara resmi pada akhir kongres pekan depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement