Kamis 19 Oct 2017 11:08 WIB

Presiden Somalia Salahkan Al-Shabaab Atas Bom Mogadishu

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Mohamed Abdullahi Farmajo
Foto: Reuters
Mohamed Abdullahi Farmajo

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Farmajo menyalahkan kelompok bersenjata al-Shabaab atas serangan mematikan di negara tersebut, di mana lebih dari 300 orang terbunuh.

Dilansir dari Aljazirah, Rabu (18/10), Farmajo mengatakan sidik jari kelompok bersenjata tersebut dapat ditemukan pada ledakan di ibu kota Mogadishu. Ini artinya al-Shabaab memiliki riwayat melakukan serangan serupa.

"Inilah sidik jari mereka, inilah yang telah mereka lakukan," kata Farmajo.

Ia meminta masyarakat internasional ikut membantu memerangi kelompok tersebut. Al-Shabaab memiliki kehadiran yang kuat di bagian selatan Somalia.

"Jika mereka berhasil di sini, mereka akan lebih mudah mempromosikan ideologi mereka yang gila kepada kaum muda di Amerika Serikat dan Eropa," tambahnya.

Al-Shabaab tidak mengaku bertanggung jawab atas ledakan Sabtu pekan lalu. Namun pemimpin Somalia tersebut tidak meragukan lagi jika al-Shabaab yang melakukan serangan dan harus bertanggung jawab terhadap hal itu.

"Saya pikir mereka akan mengklaim, tapi mungkin mereka merasa ini adalah tanggung jawab besar," ujar Farmajo.

Komentar Farmajo datang saat pekerja darurat terus menyisir reruntuhan, mencari sisa-sisa korban yang meninggal. Pejabat memperingatkan beberapa jenazah korban mungkin tidak akan pernah ditemukan.

Saat ini para penyidik mencoba mencari tahu di mana penyerang mendapatkan bahan peledak kelas militer yang diyakini telah digunakan dalam serangan tersebut. Fokus lain penyidik juga untuk mengetahui apakah al-Shabaab mendapat bantuan dari dalam pasukan keamanan.

Pemerintah Somalia telah memerangi al-Shabaab selama satu dekade terakhir dan mengusir militan dari Mogadishu pada 2011 dengan bantuan tentara Uni Afrika. Al-Shabaab sejak itu mundur ke selatan dan terus bertahan di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement