Jumat 17 Nov 2017 16:10 WIB

Angelina Jolie Kutuk Kekerasan Seksual Wanita Rohingya

Seorang pejuang perempuan yang dijuluki Angelina Jolie dari Kurdi dilaporkan meninggal dalam peperangan melawan ISIS di perbatasan Suriah-Turki.
Foto: Syrian Kurdish Media
Seorang pejuang perempuan yang dijuluki Angelina Jolie dari Kurdi dilaporkan meninggal dalam peperangan melawan ISIS di perbatasan Suriah-Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA - Bintang film Angelina Jolie telah mengutuk kekerasan seksual yang dilakukan pada wanita Rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, di mana sebuah operasi kontra-pemberontakan militer telah mengirim ratusan ribu pengungsi Muslim Rohingya ke seberang perbatasan ke Bangladesh.

Lebih dari 600.000 Muslim Rohingya telah meninggalkan Myanmar yang beragama Buddha sejak akhir Agustus, didorong oleh tindakan militer yang oleh pejabat tinggi PBB disebut sebagai kasus klasik pembersihan etnis.

Jolie, utusan khusus Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), mengatakan, kepada sebuah delegasi Bangladesh di kota Vancouver Kanada bahwa dia berencana mengunjungi korban kekerasan seksual Rohingya.

"Kemudian dia menyebutkan sesuai dengan keynote speech tentang kekerasan seksual yang dihadapi oleh hampir setiap wanita Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh dan mengutuk konflik bersenjata di Myanmar," kata kementerian luar negeri Bangladesh seperti dilansir dari laman, Arab News. Meski dirinya enggan memberikan rincian permintaan penolakaan yang diajukan Jolie.

Pada hari Kamis, Human Rights Watch yang berbasis di New York menuduh pasukan keamanan Myanmar melakukan pemerkosaan yang meluas terhadap perempuan dan anak perempuan sebagai bagian dari kampanye pembersihan etnis. Tuduhan tersebut menggemakan sebuah tuduhan minggu ini oleh Pramila Patten, utusan khusus PBB untuk melakukan kekerasan seksual dalam konflik, yang mengatakan bahwa kekerasan seksual diperintahkan, diatur dan dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Myanmar.

Tentara Myanmar mengeluarkan sebuah laporan pada hari Senin yang menolak semua tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan oleh pasukan keamanan, beberapa hari setelah mengganti jenderal yang bertanggung jawab atas operasi tersebut.

Di Parlemen pada hari Rabu, Perdana Menteri Sheikh Hasina mengatakan, Bangladesh akan mengatasi hambatan untuk menyelesaikan krisis Rohingya, dengan bantuan masyarakat internasional. "Saya sangat yakin kita akan menemukan solusi damai untuk mengatasi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan bantuan masyarakat internasional, terlepas dari berbagai hambatan," katanya. Sudah ada sekitar 300 ribu pengungsi Rohingya di Bangladesh sebelum eksodus yang paling baru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement