Rabu 29 Nov 2017 14:09 WIB

Korsel dan Prancis Kutuk Uji Coba Rudal Korut

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Rudal yang diluncurkan korea utara
Foto: reuters
Rudal yang diluncurkan korea utara

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dengan keras mengecam peluncuran rudal balistik terbaru Korea Utara. Ia mengatakan pemerintah Korsel telah mengantipasi serangan ini.

Moon menambahkan tidak ada pilihan selain bagi masyarakat internasional untuk terus menerapkan tekanan dan sanksi terhadap Korea Utara. Presiden membuat komentar pada sebuah pertemuan keamanan nasional yang diadakan sesaat setelah Korea Utara meluncurkan rudal balistik antar benua yang mendarat di dekat Jepang.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengecam uji coba rudal balistik antarbenua yang dilakukan oleh Korea Utara dan meminta tekanan lebih besar pada Pyongyang.

"Saya mengutuk peluncuran baru Balistik yang tidak bertanggung jawab atas Korea Utara. Ini memperkuat tekad kami untuk meningkatkan tekanan pada Pyongyang dan solidaritas kami kepada mitra kami," kata Macron di Twitter.

Korea Utara (Korut) kembali menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mendarat di dekat Jepang. Pelepasan rudal ini sepekan setelah Presiden AS Donald Trump menempatkan Korea Utara kembali ke daftar negara-negara yang mendukung terorisme. Penunjukan tersebut memungkinkan Amerika Serikat menjatuhkan lebih banyak sanksi, walaupun beberapa ahli mengatakan keputusan Trump berisiko menimbulkan ketegangan di Semenanjung Korea.

Korea Utara telah melakukan puluhan uji coba rudal balistik di bawah pimpinannya, Kim Jong-un yang menentang sanksi PBB. Trump telah bersumpah tidak membiarkan Korea Utara mengembangkan rudal nuklir yang bisa mendarat di Amerika Serikat. "Ini adalah situasi yang akan kita tangani." ujar Trump menanggapi uji coba rudal balistik terbaru Korut.

Trump mengatakan peluncuran tersebut tidak mengubah pendekatan pemerintahannya terhadap Korut, yang telah menghambat perdagangan antara Cina dan Korea Utara. Washington memandang strategi itu penting untuk menghalangi Pyongyang dari ambisinya untuk mengembangkan rudal tipet yang mampu menghantam Amerika Serikat.

Washington telah berulang kali mengatakan semua opsi, termasuk militer dan negoisasi dapat dilakukan untuk menghadapi Korut. Namun AS lebih menyukai solusi damai jika Pyongyang setuju untuk menyerahkan program senjatanya.

"Pilihan diplomatik tetap bertahan dan terbuka, untuk saat ini. Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk menemukan jalan damai menuju denuklirisasi dan untuk mengakhiri tindakan berperang oleh Korea Utara," ujar Menlu AS Rex Tillerson.

Tillerson mengatakan selain memberlakukan sanksi PBB, masyarakat internasional juga harus mengambil tindakan tambahan untuk meningkatkan keamanan maritim, termasuk hak untuk menunda lalu lintas maritim dan bepergian ke Korut. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan bertemu untuk membahas peluncuran rudal terbaru Korut. Korut tidak memberikan indikasi pihaknya bersedia menyerahkan program persenjataannya dan kembali memasuki perundingan diplomatik.

Amerika Serikat dan Jepang mengatakan peluncuran Rabu dini hari itu tampaknya merupakan ICBM. Pentagon mengatakan penilaian awalnya adalah sebuah ICBM diluncurkan dari Sain Ni di Korea Utara dan menempuh perjalanan sekitar 1.000 Km sebelum mendarat di Laut Jepang. Rudal tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat, wilayah atau sekutunya.

Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan ICBM kali ini lebih nyata daripada tembakan sebelumnya yang mereka lakukan. Pemerintah Jepang memperkirakan rudal tersebut terbang selama sekitar 50 menit dan mendarat di laut di zona ekonomi eksklusif Jepang.

Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera mengatakan rudalnya mencapai ketinggian 4.000 kilometer. Dia menilai rudal kali ini sebagai ICBM dengan lintasan peluru yang tinggi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement