Rabu 29 Nov 2017 18:16 WIB

Uji Coba Rudal Korut untuk Pamer Kekuatan

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ani Nursalikah
Sebuah foto handout yang dibuat oleh Angkatan Udara AS pada 1 September 2017 menunjukkan amunisi dari misi bilateral Angkatan Udara AS, Korps Marinir AS dan Pasukan Udara Korea Selatan (ROKAF), meledak di Range Pilsung, Korea Selatan.
Foto: EPA-EFE/US AIR FORCE/STAFF SGT ALEX FOX ECHOLS III HANDOUT
Sebuah foto handout yang dibuat oleh Angkatan Udara AS pada 1 September 2017 menunjukkan amunisi dari misi bilateral Angkatan Udara AS, Korps Marinir AS dan Pasukan Udara Korea Selatan (ROKAF), meledak di Range Pilsung, Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Uji coba rudal balistik Korea Utara (Korut) terbaru, selain bertujuan mendapatkan kemajuan teknis juga untuk menunjukkan kekuatannya. Korut dimasukkan ke dalam daftar negara-negara yang mendukung terorisme oleh Amerika Serikat (AS).

Sebuah surat perintah dari Pemimpin Korut Kim Jong-un yang tertulis pada 28 November, Kim meminta ilmuwannya melakukan uji coba rudal lanjutan. "Saya memesan sebuah peluncuran uji coba. Lanjutkan pada 29 November saat fajar. Api itu dengan gagah berani untuk partai dan tanah air," demikian yang tertulis pada pesan yang dimuat di stasiun televisi pemerintah, Rabu (29/11).

 

Kemudian dengan segera uji coba rudal balistik terbaru itu juga dimuat di stasiun televisi tersebut. Rudal balistik terbaru itu dinamakan Hwasong-15.

 

Uji coba rudal itu yang pertama sejak September, yang membuat Kim bangga karena akhirnya negaranya menyadari sejarah besarnya karena telah melengkapi kekuatan nuklir negaranya. Di mana salah satu pernyataan terkuat adalah mengenai gudang senjata nuklirnya.

 

Analis menganggap uji coba itu wajar dilakukan bagi ilmuwan yang sedang memperbaiki roket mereka saat mereka berusaha mencapai tujuan Kim yang ingin mengembangkan rudal nuklir yang mampu mencapai daratan AS. Namun peluncuran itu kemungkinan juga memberikan manfaat lainnya.

 

"Kim mungkin ingin mendapatkan kembali kendali atas kekuatan diri dan memperkuat solidaritas. Setelah pembelotan dan meningkatnya isolasi diplomatik," kata seorang pejabat Korsel.

 

"Mereka tidak bisa duduk diam setelah ditunjuk sebagai negara pendukung terorisme," kata seorang ahli militer di Universitas Kyungnam Korsel, Kim Dong-yub.

 

Kim juga tak ragu memenuhi sumpah yang ia buat dalam pesan Tahun Baru 2017, yaitu menargetkan segera menyelesaikan rudal balistik antarbenua agar bisa segera dioperasikan. Sepekan sebelumnya AS telah memasukkan Korut ke dalam daftar negara-negara yang mendukung terorisme. Dengan masuk ke dalam daftar tersebut maka Korut bisa saja dijatuhi sanksi lebih banyak lagi.

 

Sebelum uji coba rudal balistik ini juga ada kejadian pembelotan pasukan Korut yang dramatis. Tepatnya pada 13 November di mana seorang tentara akhirnya diberondong tembakan oleh rekan militernya saat ia melintasi perbatasan antara Utara dan Selatan.

 

Kabar tersebut mendominasi berita utama media-media di Korea Selatan (Korsel) maupun internasional. Di mana pemerintah dan media Korut kompai menyebutnya sebagai pembelotan.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement