Kamis 07 Dec 2017 13:21 WIB

Yahudi Amerika Tanggapi Beragam Keputusan Trump

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Bendera Israel dan Amerika Serikat diproyeksikan di dinding kota tua Yerusalem, Rabu (6/12). Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Foto:

Shneyer mempertanyakan motif Trump dalam menetapkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ia mengatakan Trump membuat kebijakan ini untuk menyingkirkan isu-isu lain yang sensitif.

"Ini adalah cara mengalihkan perhatian kita dari penyelidikan Rusia," katanya.

Presiden Union for Reform Judaism, Rabbi Rick Jacobs juga mengaku tidak mendukung keputusan Trump jika tidak ada rencana komprehensif untuk proses perdamaian.

"Selain itu, setiap relokasi kedutaan Amerika ke Yerusalem Barat harus dipahami dan dieksekusi dalam konteks yang lebih luas yang mencerminkan status Yerusalem sebagai kota yang suci bagi orang Yahudi, Kristen dan Muslim," katanya.

Partai Demokrat ikut bergabung dalam mengecam keputusan Trump tersebut. Mantan anggota kongres untuk Florida dan ketua Dewan Demokratik Yahudi, Ron Klein mengatakan kebijakan luar negeri Trump sejauh ini sangat naif dan serampangan.

"Seperti tipikal dengan sebagian besar retorikanya, pengumuman hari ini singkat mengenai rincian dan substansi. Ini dikeluarkan dalam ruang hampa, tanpa konteks atau pertimbangan terhadap banyak isu yang paling dekat di kawasan ini yang berdampak pada kepentingan keamanan nasional yang vital baik dari AS maupun Israel," katanya.

Ia mengatakan tidak seperti di bawah Presiden Bill Clinton, George W Bush dan Barack Obama, pemerintahan saat ini telah mengabaikan upaya mendukung perdamaian antara orang-orang Palestina dan Israel. Presiden Trump telah membatalkan peran tradisional Amerika di wilayah tersebut.

Senator Independen Bernie Sanders, yang juga orang Yahudi memperingatkan Trump atas keputusannya. Ia mengatakan ada alasan mengapa semua pemerintahan AS yang lalu telah menghindari langkah ini dan pemimpin dunia, termasuk sekelompok mantan duta besar Israel telah memperingatkan Trump tidak melakukannya.

Hal ini akan secara dramatis merusak prospek sebuah Perjanjian damai Israel-Palestina, dan merusak kemampuan Amerika Serikat untuk menjadi perantara perdamaian itu. "Apa yang seharusnya dilakukan AS sekarang adalah membawa musuh di Timur Tengah bersama-sama mencari solusi bersama, tidak memperburuk ketegangan dalam hal ini," katanya.

Berbicara di Gedung Putih pada Rabu, Trump mengatakan pengakuan Yerusalem adalah hal yang benar untuk dilakukan. Dia telah menginstruksikan departemen luar negeri mengembangkan rencana pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement