Kamis 07 Dec 2017 16:39 WIB

Para Lansia yang Mengancam Singapura

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Joko Sadewo
Robocoach melatih senam lansia di Singapura
Foto: the guardian
Robocoach melatih senam lansia di Singapura

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- 2018 nampak akan jadi tahun berbahaya bagi struktur populasi Singapura.

Menurut ekonom United Overseas Bank Ltd, Francis Tan, pada 2018, populasi warga di atas usia 65 tahun akan sama dengan populasi warga berusia di bawah 15 tahun, untuk pertama kalinya. Perubahan struktur populasi ini akan memaksa Singapura mengubah regulasi pajak, imigrasi, hingga layanan sosial.

''Singapura tengah menghadapi tantangan ekonomi dan sosial terberat seiring pertumbuhan populasi lansir yang makin besar,'' kata Tan seperti dikutip Bloomberg, Rabu (6/12).

Pada tingkat ini, populasi lansia di Singapura akan dua kali lebih banyak dibanding populasi termuda pada 2030. Gambaran itu disebut mirip dengan kondisi populasi Jepang pada 2016. Pengguaan data pertumbuhan tahunan oleh Tan membuat pemerintah Singapura masih punya harapan dalam satu dekade ke depan.

Selain harus akan ada penyesuaian regulasi, Tan menyatakan perubahan struktur populasi ini akan berdampak pada berkurangnya PDB karena produktivitas penduduk ikut menurun. Maka, tak mengherankan bila pemerintah Singapura menyatakan kenaikan pajak adalah soal waktu. Singapura akan menaikkan pajak barang dan jasa menjadi delapan persen dari tujuh persen.

''Meski populasi manula jadi bom waktu yang mulai berdetak pada 2018, populasi produktif masih cukup menopang ekonomi. Tapi, kondisi itu tidak akan selamanya,'' ungkap Tan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement