Jumat 08 Dec 2017 13:31 WIB

Al Irsyad Kecam Keras Presiden Donald Trump

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Hal ini disampaikannya di Gedung Putih, Washington DC, Rabu (6/12) waktu setempat atau Kamis (7/12) WIB.
Foto: AP/Alex Brandon
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Hal ini disampaikannya di Gedung Putih, Washington DC, Rabu (6/12) waktu setempat atau Kamis (7/12) WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan pusat Al-Irsyad Al-Islamiyah, Faisol bin Mahdi mengecam keras pengakuan sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas Yerussalem sebagai ibu kota Israel. Al-Irsyad juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar mendesak AS membatalkan pernyataan Trump.

"Karena pernyataan tersebut telah melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB terkait penjagaan perdamaian di kawasan tersebut" ujar Faisol dalam pernyataan persnya yang diterima Republika.co.id, Jumat (8/12).

Selain itu, Faisol juga mendesak Pemerintah Indonesia juga melakukan komunikasi dengan AS agar membatalkan pengakuan Trump atas Yerussalem. Faisol menilai pengakuan tersebut akan melahirkan konflik berskala lebih besar di dunia.

Presiden Joko Widodo agar lebih proaktif berkonsolidasi dengan negara-negara lain dan menegaskan pentingnya pengakuan Palestina yang berdaulat dengan Yerussalem Timur sebagai ibu kotanya. Hal tersebut penting dilakukan demi perdamaian dan keamanan dunia.

Al-Irsyad juga mendesak OKI mengambil sikap tegas terhadap masalah ini. "Dan memberikan dukungan sepenuhnya terhadap rakyat Palestina dalam perjuangannya memperoleh kemerdekaan dan hak-hak kemanusiaan sesuai UUD 1945," kata Faisol.

Faisol berpendapat Yerussalem tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang konflik antara Israel dan Palestina, antara Arab dan Israel. Gerakan zionisme yang terjadi sejak 1948 menelan korban jutaan orang, khususnya bagi Palestina dan Arab pada umumnya.

Saat itu penduduk asli Yerussalem diusir dari tanah kelahiran mereka serta tanahnya dikuasai paksa. Dengan dukungan PBB, Israel mendirikan negara Israel.

"Setelah hampir 70 tahun berlalu, situasi penuh pergolakan yang terjadi di kawasan ini tidak juga mereda. Segala macam upaya penyelesaian krisis kemanusiaan mengalami jalan buntu karena Israel selalu mengambil sikap brutal," Faisol menjelaskan.

Faisol menambahkan, Israel terus meluaskan wilayahnya dan mengusir rakyat asli Palestina sehingga sekarang wilayah Palestina semakin menyempit. Bahkan, Israel mengisolasi Palestina dengan membangun tembok pembatas di Tepi Barat.

Kota Yerusalem juga adalah kota suci tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi. Disana berdiri Masjid Al-Aqsha, Temple of Solomon, dan Gereja Makam Kudus. Setiap tahun pemeluk tiga agama ini berziarah ke sana mengunjungi tempat suci masing-masing.

Selama ini, di tengah konflik yang ada Kota Yerusalem dijaga dengan resolusi khusus dari PBB demi menjaga perdamaian dunia. Dengan sejarah panjang yang dimiliki Yerusalem tersebut, pengakuan Trump atas Yerussalem telah memicu perpecahan dan mengancam perdamaian dunia serta melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement