Sabtu 09 Dec 2017 15:13 WIB

Seorang Muslim AS Nasihati Donald Trump

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Hal ini disampaikannya di Gedung Putih, Washington DC, Rabu (6/12) waktu setempat atau Kamis (7/12) WIB.
Foto: AP/Alex Brandon
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Hal ini disampaikannya di Gedung Putih, Washington DC, Rabu (6/12) waktu setempat atau Kamis (7/12) WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Shabir Bala, seorang Muslim Amerika Serikat. Seorang ayah dari anak lulusan West Point yang bertugas di Irak. Setiap pekan, Bala mendengar aksi terorisme yang mengakibatkan sejumlah nyawa tewas di tanah Amerika.

Presiden AS Donald Trump dengan cepat mengecam tindakan terorisme oleh umat Muslim, dan orang dari agama lainnya. Bala mempertanyakan, bagaimana kebijakan dan langkah Trump itu membuat orang-orang lebih aman?

Dilansir dari The Seattle Times pada Sabtu (9/12), Bala mengingatkan Trump mendapat banyak pujian atas gagasannya melarang Muslim masuk ke AS saat kampanye pemilihan presiden beberapa waktu lalu. Trump mengklaim langkah itu sebagai upaya menjaga dan mengamankan orang Amerika.

Saat menjadi presiden, Trump merealisasikan kampanyenya itu. Ia menandatangani perintah eksekutif pertama yang melarang umat Islam dari tujuh negara mayoritas Muslim, masuk ke AS. Pada saat yang sama, Trump juga menangguhkan pengakuan pengungsi Suriah yang sebagian besar beragama Islam.

Kendati larangan tersebut mengalami beberapa perubahan, tetapi tujuan utamanya melarang Muslim tetap tinggal di AS. Bala mengaskan Muslim di Amerika Serikat adalah orang yang cinta damai dan patriotik. Ia mempertanyakan, apa yang didapat Trump dengan mengutuk Muslim AS?

Bala beranggapan, apabila Trump bersedia, ia bisa menginstruksikan penegak hukum dan FBI bekerja sama dengan umat Islam AS. Ia memastikan Trump tak akan mendapat apapun, apabila menempatkan Muslim pada penjagaan, karena tindakan individu.

Bala menilai islamofobia, kebencian, kefanatikan, dan kekerasan terhadap umat Islam adalah perintah saat ini. Bahkan, kata-kata seperti Allahu Akbar, yang berarti Allah Maha Besar, terdengar bak kalimat jahat.

Bala melontarkan pertanyaan, apabila ada seorang Muslim, tetapi fokus AS masih pada kebencian dan kefanatikan, apakah mereka merasa nyaman bekerja sama dengan FBI atau agen lainnya?

Bala mengatakan bukan rahasia apabila FBI mengirim orang memata-matai masjid dan bisnis milik komunitas Muslim. Namun, menurut dia, hal itu malah menyebabkan kemarahan dan ketidakpercayaan kedua pihak.

Bala ingin menyampaikan pada jajaran Trump, Muslim adalah orang pertama yang menderita akibat tindakan teroris yang dilakukan atas nama Islam. Sebab, adanya tindakan itu hanya meningkatkan islamofobia di berbagai belahan dunia.

Bala menyarankan, apabila ada aksi teroris, sampaikan empati pada komunitas Muslim. Menurut dia, pemerintah AS harus menegaskan, mereka tak menyalahkan Muslim dan menunjukkan kekhawatiran tentang reaksi balasan dari islamofobia.

Pun penegakan hukum di semua tingkat pemerintahan tak hanya dilakukan pada komunitas Muslim saja. Ia meminta pemerintah AS memperlakukan anggota masyarakat lainnya dengan adil dan hormat.

Bala paham, hal itu tak menghilangkan potensi tindakan teror. Namun, langkah itu menjadi kewaspadaan bersama ihwal potensi terorisme. Masyarakat, terlepas dari apapun agamanya, akan merasa nyaman berbagi informasi dengan pihak berwajib ihwal individu yang diduga terindikasi radikalisme.

Sehingga, ada pemerintah bisa merumuskan program deradikalisasi individu tersebut. Menurut dia, memenjarakan individu terindikasi radikalisme hanya menjadi pilihan terakhir. Sebab, tujuan utama yakni merehabilitasi individu itu.

Bala menilai suatu keluarga tak akan bersedia bekerja sama dengan kepolisian, apabila ternyata anggota keluarganya diperlakukan bak penjahat. ia mendorong pemerintahan Trump menghentikan kekerasan dan kebencian di AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement