Kamis 14 Dec 2017 12:50 WIB

Yaman Dihantui Penyebaran Wabah Difteri

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Winda Destiana Putri
Bendera Yaman
Bendera Yaman

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Perang yang terjadi di Yaman menyebabkan bencana dari mulai kelaparan hingga berbagai penyakit, termasuk difteri. Penyebaran penyakit tersebut terus melonjak dan diperkirakan akan segera meluas mengingat sedikitnya warga Yaman yang telah diimunisasi.

Difteri diprediksi akan menjadi wabah mematikan di negara tersebut. Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lebih dari 280 warga terpapar difteri.
 
WHO mengatakan, sebagian besar dari penderita merupakan anak-anak yang memang belum pernah mendapatkan imunisasi untuk menangkal bakteri yang mudah menyebar itu. WHO mengungkapkan, sebanyak 33 orang dilaporkan telah meninggal diduga disebabkan penyakit tersebut.
 
"Tidak terkendali, difteri dapat menyebabkan epidemi yang menghancurkan, terutama yang mempengaruhi anak-anak," kata Juru Bicara WHO Tarik Jasarevic kepara Reuters, Kamis (14/12).
 
Jasarevic mengatakan, mudahnya penyebaran difteru tak hanya disebabkan minimnya warga terimunisasi tapi juga terhambatnya akses obat-obatan untuk masuk ke negara tersebut. Penyebaran diperparah dengan banyaknya interaksi orang-oernag dengan warga terpapar.
 
Pada saat bersamaan, Yaman juga tengah menghadapi wabah Kolera. Penyakit tersebut diperkirakan telah menginveksi sekitar satu juga penduduk. Wabah tersebut juga sduah merenggut lebih dari 2000 nyawa.
 
Medecins Sans Frontieres (MSF) sebuah organisasi kemanusiaan dunia mengatakan, difteri akan lebih mematikan ketimbang kolera. Terlebih terhadap anak dibawal lima tahun yang belum divaksinasi. MSF mengungkapkan dua dari lima kasus difteri berujung pada kematian.
 
"Ada potensi pecahnya penyebaran wabah difteri berskala besar, mengingat tidak semua orang telah divaksinasi," kata Koordinator Darurat untuk Amal Medis di Yaman Marc Poncin.
 
Sementara, Yaman hingga saat ini masuh menghadapi blokade dari koalisi Arab Saudi untuk menekan pergerakan gerilyawan Al Houthi. Koalisi telah menutup akses darat, laut dan udara ke Yaman setelah peluncuran rudal yang ditembakkan oleh gerilyawan Houthi ke Riyadh pada 4 November kemarin.
 
Koalisi tersebut meredakan pengepungannya pekan lalu dan membuka kembali sebagian pelabuhan di bagian selatan negeri itu. Namun lembaga bantuan PBB menyatakan tindakan itu tidak cukup, dan menuntut pembukaan penuh semua pelabuhan Yaman.
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement