Jumat 12 Jan 2018 06:37 WIB

Kuburan Massal 10 Tentara Muslim Rohingya Ditemukan

Rep: Farah Noersativa/ Red: Andi Nur Aminah
Tentara Myanmar (Ilustrasi)
Foto: Reuters
Tentara Myanmar (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YANGOON -- Militer Myanmar mengumumkan sebuah kuburan massal yang berisi 10 mayat ditemukan di desa pesisir Inn Din, sekitar 50 km (30 mil) utara ibu kota negara bagian Sittwe, 18 Desember lalu. Tentara menunjuk seorang perwira senior untuk menyelidiki kuburan tersebut, Rabu (10/1) waktu setempat.

Hal itu disampaikan pada sebuah pernyataan di kantor kepala komandan yang merinci bahwa penyelidikan militer menemukan terdapat anggota pasukan keamanan telah membunuh 10 orang Muslim. Demikian seperti yang dilansir Reuters.

Pihak militer Myanmar mengatakan, tindakan hukum akan dilakukan terhadap anggota pasukan keamanan yang melanggar peraturan perjanjian mereka sendiri dalam membunuh sebanyak 10 tersangka pemberontak. Juga terhadap penduduk desa etnis Rakhine yang juga terlibat. Disebutkan, 10 orang itu telah ditangkap setelah pasukan keamanan mendapat serangan dari 200 gerilyawan militer Myanmar.

Pihak militer mengatakan, tindakan hukum akan dilakukan terhadap anggota pasukan keamanan yang melanggar peraturan. Menurut militer Myanmar,ke-10 tawanan tersebut seharusnya diserahkan kepada pihak kepolisian setempat. Namun gerilyawan terus melakukan serangan dan menghancurkan dua kendaraan militer. "Tidak ada perintah untuk memindahkan 10 teroris Bengali ke kantor polisi, oleh sebab itu diputuskan untuk membunuh mereka," kata seorang sumber gerilyawan.

Pemimpin sipil Myanmar, Aung San Suu Kyi, tidak memiliki kendali atas militer. Namun, ia mendapat kecaman internasional yang sengit karena gagal berbuat lebih banyak untuk melindungi Rohingya.

Ketika ditanya mengenai hal itu, juru bicaranya, Zaw Htay mengatakan  Myanmar berkomitmen untuk mematuhi peraturan hukum dan mengajukan tuduhan pelanggaran dengan serius. "Pemerintah tidak mengeluarkan penyangkalan atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang dikeluarkan oleh masyarakat internasional," katanya, Kamis (11/1).

Pihaknya akan mencari bukti-bukti kuat untuk tindakan penyelidikan selanjutnya. "Kita perlu mendapatkan bukti kuat dan terpercaya sehingga kita bisa menyelidiki dan melakukan tindakan sesuai hukum, ujar Zaw Htay.

Komisi Independen Hak Asasi Manusia Independen, Organisasi Kerja Sama Islam mengatakan pengakuan Myanmar tersebut membenarkan tuduhan yang dibuat oleh kelompok hak asasi manusia. Uni Eropa dan Norwegia mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Yangon, bahwa pembunuhan di Inn Din menjadi sebuah konfirmasi kebutuhan mendesak untuk penyelidikan menyeluruh dan kredibel terhadap semua insiden kekerasan di negara bagian Rakhine Utara. Hal itu untuk memastikan pertanggungjawaban mereka atas tindak kekejaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement