Selasa 16 Jan 2018 18:25 WIB

Presiden Venezuela Beri Insentif Ibu Hamil dan Menyusui

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Ibu Hamil
Foto: pixabay
Ilustrasi Ibu Hamil

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicholas Maduro akan memberi sedikit insentif kepada ibu hamil dan menyusui. Dalam pidato kenegaraan tahunan, Maduro mengatakan, Pemerintah Venezuela akan memberi insentif sebesar 700 ribu bolivar per bulan kepada ibu hamil dan menyusui.

Dengan nilai tukar bolivar terhadap dolar AS saat ini, insentif 700 ribu bolivar per bulan bagi ibu hamil itu setara 3,83 dolar AS (sekitar Rp 51 ribu). Begitu melahirkan, para ibu akan mendapat insentif sebesar satu juta bolivar atau 5,48 dolar AS (sekitar Rp 73 ribu) per bulan, demikian dilansir CNN, Senin (15/1).
 
Maduro sendiri tidak menjelaskan alasan dibalik insentif itu. Meski tak banyak, ide insentif itu mendapat sambutan tepuk tangan dari pendukung Maduro yang hadir dalam pidato kenegaraan itu.
 
Maduro juga menaikkan upah minimum buruh dalam beberapa tahun belakangan. Pada November 2017, ia memberi hadiah senilai 500 ribu bolivar atau 12 dolar AS (sekitar Rp 160 ribu) kepada empat juta kepala keluarga.
 
Pemerintahan Maduro juga berupaya mengendalikan harga. Awal Januari ini, ia meminta toserba swasta untuk memangkas harga bahan pangan dan menimbulkan kebingungan konsumen. Maduro mengklaim ia sedang menolong Venezuela saat AS dan negara-negara lain menyatakan 'perang ekonom'.
 
Dengan kondisi ekonomi saat ini, Venezuela kekurangan obat-obatan, makanan, dan barang-barang penting lain. Insentif bagi ibu hamil dan menyusui nampaknya ditujukan untuk membantu para ibu menghadapi hal tersebut.
 
Para ibu yang ingin mendapat insentif itu harus mendaftarkan diri dan mendapat kartu identitas. Tidak jelas apakah ibu-ibu yang tak memiliki kartu itu akan tetap mendapat insentif atau tidak. Pemerintah sendiri memprediksi saat ini ada 151 ribu ibu hamil.
 
Namun, jumlah insentif itu hanya sanggup memenuhi kebutuhan standar dalam beberapa hari karena Venezuela menghadapi hiperinflasi. Nilai tukar mencapai 182 ribu bolivar per dolar AS. Angka itu naik lebih dari empat kali lipat dibanding nilai pada November 2017 dimana satu dolar bernilai 41 ribu bolivar.
 
Menurut guru besar ekonomi terapan Johns Hopkins University, Steve Hanke, inflasi Venezuela meroket hingga 4.000 persen. Para ekonom menyatakan pengelolaan pemerintahan yang tidak tepat, kebijakan yang tidak berkelanjutan, dan merebaknya korupsi sedang menggerogoti Venezuela.
 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement