Ahad 04 Feb 2018 15:16 WIB

Cina Minta AS Singkirkan Mental Perang Dingin

AS Diminta tidak salah mengartikan pembangunan militer yang dilakukan Cina.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Parade militer Cina di Lapangan Tiananmen memperingati 70 tahun berakhirnya PD II, Kamis (3/9).
Foto: AP
Parade militer Cina di Lapangan Tiananmen memperingati 70 tahun berakhirnya PD II, Kamis (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID,  BEIJING -- Cina meminta Amerika Serikat (AS) untuk menyingkirkan mentalitas Perang Dingin dan tidak salah mengartikan pembangunan militer yang dilakukan Cina. Sebelumnya pada Jumat (2/2), Washington telah menerbitkan sebuah dokumen yang menguraikan rencana untuk memperluas kemampuan nuklirnya dan mencegah negara lain untuk melakukan hal yang sama.

"Perdamaian dan pembangunan merupakan tren global yang tidak dapat dipungkiri. Amerika Serikat, negara yang memiliki gudang senjata nuklir terbesar di dunia, harus mengambil inisiatif untuk mengikuti tren tersebut dan bukannya menentang," kata Kementerian Pertahanan Cina dalam sebuah pernyataan pada Ahad (4/1).

Militer AS menyatakan, perlawanan terhadap Cina dan Rusia, yang dijuluki kekuatan revisionis, telah menjadi bagian dari pusat strategi pertahanan nasional baru yang diluncurkan di awal bulan ini. Dengan memperluas kemampuan nuklirnya, AS bisa mencegah Rusia menggunakan senjata nuklir

Cina menuduh AS telah memiliki spekulasi negatif tentang niat Cina. Beijing selalu menerapkan sikap menahan terhadap pengembangan senjata nuklir dan setidaknya mempertahankan kekuatan nuklirnya.

"Kami berharap Amerika Serikat akan meninggalkan mentalitas Perang Dinginnya, dengan sungguh-sungguh melakukan tanggung jawab dalam perlucutan senjata, memahami dengan benar maksud strategis Cina, dan secara obyektif melihat pertahanan nasional dan pertahanan militer Cina," tambah kementerian tersebut.

Pernyataan itu meminta AS untuk bekerja sama dengan Cina agar tentara mereka menjadi faktor penstabil dalam hubungan Sino-AS dan penstabil di wilayah tersebut.

Tinjauan terhadap kebijakan nuklir AS juga dilakukan Rusia. Moskow memandang dokumen tersebut sebagai sebuah konfrontasi yang dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu bisa meningkatkan risiko salah perhitungan antara kedua negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement