Kamis 22 Feb 2018 08:22 WIB

Trump akan Mempersenjatai Para Guru di Sekolah

Guru bersenjata dinilai bisa meminimalisir insiden penembakan sekolah.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Donald Trump.
Foto: EPA-EFE/Michael Reynolds
Presiden Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan dukungannya untuk mempersenjatai para guru. Dia juga akan menghentikan adanya zona bebas senjata di dekat-dekat sekolahan yang diutarakan dalam sebuah acara di Gedung Putih yang membahas mengenai kekerasan menggunakan senjata api.

"Seorang guru yang memiliki senjata dapat mengakhiri serangan dengan lebih cepat," ujarnya.

Trump memunculkan ketentuan tersebut setelah korban selamat dari penembakan sekolah di Florida mendesak agar hal tersebut tidak lagi terjadi. Presiden juga mendukung usulan untuk memeriksa latar belakang para pembeli senjata. Sementara itu para korban lainnya melobi anggota parlemen Florida untuk lebih mengendalikan peredaran senjata.

"Kami akan sangat ketat dalam pemeriksaan latar belakang, dan pemeriksaan yang lebih ketat lagi untuk kesehatan mental seseorang. Tidak akan ada lagi omongan seperti masa lalu, ini sudah berjalan terlalu lama dan terlalu banyak korban. Kita akan menyelesaikannya," kata Trump kepada siswa-siswa SMA Marjory Stoneman Douglas pada acara televisi Rabu (21/2) di Gedung Putih dilansir dari BBC.

Presiden AS juga mendukung proposal yang telah lama didukung oleh National Rifle Association (NRA), sebuah kelompok lobi senjata yang kuat. Kelompok tersebut berjanji untuk mendukung dengan sangat kuat saat meminta guru dan staf lainnya untuk dipersenjatai dengan senjata api.

"Jika Anda memiliki seorang guru yang mahir menggunakan senjata api, mereka bisa mengakhiri serangan dengan sangat cepat," ujar kelompok tersebut. Sementara itu Trump mengakui bahwa rencana untuk mempersenjatai guru adalah hal kontroversial.

Dia juga mengkritik zona bebas senjata di sekolah. "Zona bebas senjata diperuntukkan kepada maniak, karena mereka semua pengecut. Mereka berpikiran 'ayo masuk, dan serang'," kata presiden.

Trump sendiri mendengarkan permintaan emosional untuk sebuah perubahan dari sekitar 40 siswa, guru dan keluarga selama sesi di ruang makan eksekutif negara.

Andrew Pollack, ayah Meadow yang termasuk dalam 17 orang korban dalam serangan Hari Valentine di Parkland hadir dalam pertemuan tersebut. "Saya di sini karena anak perempuan saya sudah tidak bisa bersuara. Dia dibunuh minggu lalu dan diambil dari keluarganya. Kita sebagai sebuah negara telah mengecewakan anak-anak kita. Saya merasa kesal," kata Pollack.

Ratusan remaja dari pinggiran kota Washington DC berkumpul di luar Gedung Putih sebelum pertemuan terjadi. Sementara itu korban penembakan melakukan demo ke ibukota negara bagian Florida, Tallahassee, untuk meminta anggota parlemen membatasi penjualan senapan.

Siswa lainnya di seluruh AS, termasuk di Chicago, Illinois, Pittsburgh, Pennsylvania, dan Phoenix, Arizona, melakukan aksi keluar dari kelas mereka atas nama solidaritas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement