Jumat 18 May 2012 08:04 WIB

Bapak-Bapak di Korsel Kesepian

Kesepian (ilustrasi)
Foto: superjuniorff2010.wordpress.com
Kesepian (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Tak seperti rekannya di kantor di satu kota Korea Selatan, Choi Chang-youn, ngeri menghadapi berakhirnya setiap hari kerja. Waktu dimana dia terpaksa pulang ke rumahnya yang sepi tanpa penghuni.

"Saya merasa sangat kesepian sebab tak ada istri serta anak-anak saya yang menunggu saya pulang," kata administratur yang berusia 45 tahun tersebut di rumahnya di kota Cheongju, 120 kilometer di sebelah selatan ibu kota Korea Selatan, Seoul. "Cuma ada kegelapan."

Choi adalah salah seorang dari legiun ayah yang terus bertambah. Legiun yang mengirim keluarga mereka ke luar negeri saat anak mereka menginjak usia remaja. Mereka berharap tindakan itu bisa membantu mereka keluar dari sistem pendidikan Korea Selatan yang sangat menekan dan belajar Bahasa Inggris.

Dengan begitu, anak mereka bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi serta lebih baik. Mereka tentunya berharap pekerjaan yang juga lebih baik.

Istri mereka pergi bersama anak mereka. Sehingga, para ayah yang dikenal sebagai 'goose father' itu ditinggalkan untuk bekerja dan membiaya seluruh kegiatan tersebut.

"Saya mengirim dua putra saya. Satu belajar di kelas sembilan dan satu lagi di kelas enam sekarang,'' kata Choi. ''Mereka dikirim ke Michigan bersama istri saya tahun lalu. Saya ingin mereka menikmati masa sekolah mereka, memperoleh beragam pengalaman dan bukan berkutat menghadapi ujian sepanjang tahun.''

Jumlah siswa praperguruan tinggi dari Korea Selatan yang belajar di luar negeri telah naik dari 4.300 siswa (2000) menjadi 18.600 siswa pada 2011. Demikian keterangan dari Lembaga Pengembangan Pendidikan Korea.

Namun, hidup menjadi jauh dari menyenangkan buat semua orang yang terlibat. Ini terutama para ayah yang harus ditinggalkan.

Menurut hasil survei, ada sebanyak 151 ayah yang memiliki keluarga di luar negeri. Survei yang dilakukan oleh Cha Eun-Jeong di Ewha Woman's University, Seoul, pada 2011 ini juga menunjukkan sebanyak 76,8 persen dari 151 ayah tersebut menderita gizi buruk.

''Satu dari tiga ayah atau 29,8 persen berada pada tahap awal depresi,'' tambah Cha.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement