Senin 11 Jun 2012 01:41 WIB

Myanmar Perketat Keamanan Pascakonflik Muslim-Buddha

Rep: Lingga Permesti/ Red: Dewi Mardiani
Presiden Myanmar, Thein Sein
Foto: Reuters
Presiden Myanmar, Thein Sein

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Myanmar memperketat keamanan dan telah memulihkan ketertiban dengan mengirim pasukan dan kapal angkutan laut ke negara bagian Rakhine setelah kerusuhan antara minoritas Muslim Rohingya dan Buddha, Sabtu (9/6).

Televisi negara mengatakan angkatan laut telah tiba dan mulai berpatroli di sungai dan laut Maungdaw. Para pejabat senior pemerintah termasuk Menteri Pertahanan Jenderal Hla Min telah dikirim untuk mengawasi operasi.

Kerusuhan tersebut mencerminkan ketegangan yang sudah lama terhadi di negara bagian Rakhine di antara warga Buddha dan muslim. Banyak dari mereka dianggap sebagai pemukim ilegal dari negara tetangga Bangladesh. Meskipun akar masalah terlokalisasi, tetapi ada ketakutan besar dapat menyebar di tempat lain karena perpecahan sekretarian.

Tidak jelas memang apa yang memicu kerusuhan, tetapi wilayah barat memang telah tegang beberapa hari terakhir setelah laporan perkosaan dan pembunuhan seorang wanita Buddhis. Warga Buddha menyalahkan kaum Muslim atas pembunuhan tersebut. Kaum muslim juga terbunuh sekitar 10 orang.

Surat kabar pemerintah Myanmar, Ahlin, mengatakan, pihak keamanan harus mengangkat senjata untuk menahan para perusuh. Pasukan tentara dikerahkan untuk membantu polisi di kota-kota Maungdaw dan Buthidaung, dimana massa mengamuk. Jam malam diterapkan dan pertemuan publik lebih dari lima orang juga dilarang. Menurut laporan televisi, tujuh orang tewas dan 17 lainnya cedera dalam aksi kekerasan pada Jumat. Sekitar 494 rumah, 19 toko, dan wisma tamu dibakar.

Ahlin melaporkan, setiap hari sekitar 1.000 teroris bertanggung jawab atas kerusuhan. Media pemerintah tidak mengatakan telah mengidentifikasi para perusuh, namun, daerah tersebut 90 persen muslim. Warga setempat dihubungi melalui telepon mengatakan anggota massa itu adalah muslim.

Jika dilihat dari namanya, para korban tewas berasal dari umat Budha. Media juga melaporkan, pasukan angkatan laut Myanmar telah mengambil langkah keamanan di sepanjang pantai dekat Teluk Benggala.

Website Kementerian Informasi mengatakan, kamp telah dibuka untuk tempat tinggal bagi korban yang kehilangan rumah mereka. Kementerian Pertahanan dan Kesehatan telah menerbangkan dokter mereka untuk merawat korban yang terluka.

Aliran informasi yang mengalir tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Di bawah rezim sebelumnya, kerusuhan atau insiden tertentu biasanya tidak dilaporkan atau hanya sepotong informasi singkat. Presiden Thein Sein telah mereformasi lembaga sehingga aliran informasi dapat mudah diterima.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement