Rabu 21 Nov 2012 21:54 WIB

SBY Utus Menlu ke Myanmar

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Foto: Haji Abror Rizki/Rumgapres
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Wartawan Republika Arys Hilman dari Kamboja

PHNOM PENH -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengutus Menlu Marty Natalegawa ke Myanmar. Ini terkait rencana Indonesia untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi etnis Rohingya.

''Kita ingin pastikan bantuan kemanusiaan itu tepat sasaran,'' kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (21/11). Presiden memberikan keterangan pers di Phnom Penh menjelang keberangkatannya ke Islamabad, Pakistan.

Yudhoyono menyampaikan keinginan pengiriman bantuan kemanusiaan tersebut kepada Presiden Myanmar Thein Sein dalam pertemuan bilateral di sela KTT ASEAN ke-21. Thein menyambut baik keinginan tersebut.

Menurut Yudhoyono, ia menyatakan kepada Thein kekerasan di Rakhine harus dihentikan. Indonesia ingin membantu tanpa menyinggung kedaulatan Myanmar. Bantuan kemanusiaan, katanya, bisa berjalan seiring dengan penegakan hukum.

''Etnis Rohingya terutama yang harus mendapatkan perhatian serius,'' kata Presiden. Indonesia mencoba aktif dalam masalah ini, namun menghindari cara yang membuat pemerintah Myanmar tidak senang.Indonesia mengharapkan Myanmar terbuka menerima bantuan.

"Kita ingin pastikan bantuan kemanusiaan tepat sasaran, kepada Muslim Rohingya yang tinggal di pengungsian, rumahnya hancur. Kita ingin pastikan, tapi juga bicara dengan Myanmar. Kalau langsung tidak happy. Melalui OKI, Indonesia bersama Malaysia dan Brunei juga aktif," imbuh presiden.

Myanmar menghargai Indonesia atas perannya selama ini. Ketika negara-negara lain menjatuhkan sanksi, Indonesia menjalankan diplomasi soft power untuk mendorong Myanmar menjalankan demokrasi.

Menurut Yudhoyono, dulu banyak pihak sangsi Myanmar akan berubah. Bahkan sempat muncul suara saat KTT ASEAN di Bali agar tidak memberikan kursi ketua kepada Myanmar. Tapi, Indonesia jalan terus sehingga kepercayaan tumbuh dan Myanmar berubah.

Selain membicarakan bantuan kemanusiaan, pertemuan bilateral RI-Myanmar juga membahas masalah hubungan ekonomi. Menurut Presiden, selama ini Indonesia gesit dalam menangani konflik. Tapi, ketika perdamaian terwujud, Indonesia tertinggal dalam hubungan ekonomi.

Dalam hubungan dengan Myanmar, Presiden ingin bergerak cepat. Indonesia akan masuk ke dalam bidang infrastruktur, energi, dan pertanian. Indonesia juga mengincar beras produksi Myanmar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement