Kamis 10 Oct 2013 15:53 WIB

AS-Jepang-Korsel Gelar Latihan Gabungan, Korut 'Kebakaran Jenggot'

Tentara Amerika Serikat (ilustrasi)
Foto: Reuters/Carlo Allegri
Tentara Amerika Serikat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Amerika Serikat menggelar latihan angkatan laut gabungan dengan Korea Selatan dan Jepang. Padahal, Korea Utara sudah memperingatkan bakal terjadi 'bencana mengerikan' jika latihan gabungan itu tetap digelar.

"Pelatihan dua hari yang melibatkan kapal induk AS bertenaga nuklir bersama kapal-kapal perang Korea Selatan dan Jepang itu dimulai di lepas pantai selatan Semenanjung Korea," kata kementerian pertahanan Korea Selatan.

Pelatihan itu terjadi setelah pekan lalu Seoul dan Washington menyepakati strategi bersama untuk mengatasi ancaman nuklir Korea Utara yang meningkat, pascanegara komunis itu memulai kembali mengaktifkan reaktor plutoniumnya.

Pelatihan tahunan yang para pejabat gambarkan sebagai pelatihan pencarian dan penyelamatan untuk meningkatkan kesiapan dalam menghadapi bencana kemanusiaan itu, dijadwalkan berlangsung awal pekan ini. Namun, pelatihan itu ditunda karena topan yang makin mendekati negara itu.

"Pelatihan tahunan ini ditujukan untuk melakukan pencarian maritim bersama dan operasi penyelamatan untuk tujuan kemanusiaan," kata Wi Wong-Seop, seorang juru bicara kementerian pertahanan Korea Selatan kepada wartawan.

Kantor berita Yonhap melaporkan, selain kapal induk bertenaga nuklir USS George Washington, kapal-kapal dipandu-rudal, helikopter-helikopter anti-kapal selam dan pesawat peringatan dini juga telah dimobilisasi untuk latihan.

Korea Utara seperti biasa telah mengecam pelatihan militer bersama di perbatasan Korea Selatan dan mengancam serangan balik yang tak pernah terwujud.

Korea Utara memperingatkan Amerika Serikat dari 'bencana mengerikan' dan menempatkan pasukannya untuk siaga.

Juru bicara Staf Umum Tentara Rakyat Korea Pasukan Korea Utara telah diperintahkan untuk menjaga diri sepenuhnya untuk siap segera memulai operasi setiap saat.

"AS akan sepenuhnya bertanggung jawab atas bencana mengerikan tak terduga yang akan ditemui oleh pasukan agresi imperialis," kata pernyataan itu.

Para pengulas telah dikaitkan retorika permusuhan terbaru rezim Korea Utara untuk keinginannya untuk menarik perhatian Amerika Serikat dan menariknya kembali ke dialog. Amerika Serikat dan Korea Selatan telah lama menuntut agar Pyongyang menunjukkan komitmen untuk mengakhiri program senjata nuklirnya sebelum pembicaraan enam negara tentang program nuklir itu, yang telah terhenti sejak Desember 2008, dapat dilanjutkan.

Meskipun uji coba bom atom Korea Utara pada Februari - yang paling ampuh untuk saat ini - mengirim ketegangan kian melonjak, suhu telah diturunkan dalam beberapa bulan terakhir setelah serangkaian gerakan damai oleh Pyongyang terhadap Seoul.

Tetapi kekhawatiran akut tetap ada atas program nuklir Korea Utara, dengan para pemikir AS mengatakan pekan lalu bahwa Pyongyang telah membangkitkan lagi reaktor nuklir Yongbyon yang sudah mengalami penuaan.

sumber : AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement