Rabu 07 Jan 2015 13:37 WIB

Mengaku Kehilangan Dompet, Motif Pengebom Wanita Turki Masih Diselidiki

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Bendera Turki
Bendera Turki

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Seorang pembom bunuh diri wanita meledakan dirinya di sebuah kantor polisi di distrik bersejarah Sultanahmet, di Istanbul, pada Selasa (6/1). Peristiwa tersebut menewaskan seorang perwira dan melukai lainnya.

Seperti dilansir Al-Arabiya, Gubernur Vasip Sahin mengatakan pada televisi Turki seorang wanita mendatangi kantor polisi dan berbicara dalam bahasa Inggris. Wanita tersebut mengaku telah kehilangan dompet sebelum akhirnya meledakkan diri.

Sahin mengatakan polisi tengah mengidentifikasi wanita yang tewas dalam serangan Selasa tersebut. "Ia berbicara dengan bahasa Inggris dan beralasan kehilangan dompet," ungkap Sahin.

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan, belum jelas apakah pembom memiliki hubungan dengan kelompok tertentu. Tapi Davutoglu memerintahkan penyelidikan paling komperhensif digelar.

"Pihak berwenang tengah menyelidiki apakah ada hubungannya dengan kelompok tertentu, kami telah memberikan petunjuk untuk menggelar investigasi paling komperhensif," kata Davutoglu pada wartawan dalam sebuah pernyataan singkat di Ankara.

Davutoglu juga mengatakan, pembom membawa dua bom lain tapi sudah dijinakkan polisi. "Polisi segera melakukan intervensi dan mencegah korban lebih buruk," katanya.

Polisi menutup jalan dekat lokasi serangan pada Selasa, mulai alun-alun Museum Aya Sofya hingga Masjid Biru dan dekat Basilca Cistern. Wilayah tersebut merupakan salah satu situs utama yang mengundang jutaan pengunjung ke Istanbul, setiap tahunnya.

Layanan darurat bergegas ke lokasi dan jalur trem yang melalui lokasi kejadian dihentikan sementara.

"Kami terguncang oleh ledakan yang sangat keras. Ada pengunjung dan beberapa orang jatuh ke lantai," kata salah seorang pekerja di seberang stasiun, Kaan Koc pada CNN.

Stasiun TV Turki menampilkan gambar jendela-jendela hancur setelah kejadian. Mereka juga merilis rekaan yang menunjukkan perempuan dengan bom tersebut berjalan di sepanjang jalan.

Dilansir dari Aljazirah, para pejabat mengatakan sejauh ini belum diketahui identitas pembom maupun kebangsaan pelaku.

Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas insiden pemboman tersebut. Namun pemboman terjadi kurang dari sepekan setelah kelompok sayap kiti Partai Front Pembebasan Rakyat Revolusioner (DHKP-C) mengklaim serangan granat, pada polisi dekat kantor perdana menteri di Istana Ottoman Dolmabahce di Istanbul pada Kamis (1/1). Pria bernama Firat Ozcelik melemparkan dua granat ke polisi penjaga, namun gagal meledak.

DHKP-C memperingatkan akan serangan lebih lanjut.

Turki juga kemungkinan menghadapi ancaman dari militan Islam di wilayah perbatasan dengan Suriah dan Irak. Beberapa dari ribuan pejuang asing yang bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), telah masuk Suriah dan Irak melalui Turki. Ini meningkatkan kekhawatiran mereka dapat kembali dan menyerang Turki.

Serangan bunuh diri sudah sangat langka terjadi di Turki sejak pemerintah membuka pembicaraan damai pada 2012, dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Pembicaraan damai tersebut untuk mengakhiri 30 tahun pemberontakan. Namun DHKP-C juga telah melakukan serangan sporadis, termasuk pemboman bunuh diri di kedutaan besar AS pada 2013 yang menewaskan seorang penjaga keamanan.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement