Jumat 10 Apr 2015 16:18 WIB

AS Bersikukuh Sanksi Iran Harus Dicabut Bertahap

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Fasilitas nuklir Iran
Foto: telegraph.co.uk
Fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menanggapi permintaan para pemimpin Iran, Amerika Serikat mengaku tetap pada pendiriannya terkait pencabutan sanksi.

Departeman Luar Negeri AS mengulangi pernyataan sikapnya untuk mengangkat sanksi tersebut secara bertahap. Hal tersebut disampaikan juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jeff Rathke. Namun Rathke menolak menanggapi komentar para pemimpin Iran secara khusus.

"Di bawah parameter kesepakatan, sanksi akan ditangguhkan secara bertahap setelah ada verifikasi yang menyatakan Iran telah memenuhi komitmen tertentu," kata Rathke.

Pernyataan Rathe tersebut menegaskan kembali sikap AS yang diungkapkan pada  pada Senin (6/4), bahwa sanksi terhadap Iran harus dihapus secara bertahap di bawah perjanjian nuklir Iran. Saat itu juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, tak ada ambiguitas mengenai permintaan AS terkait pengangkatan sanksi Iran.

Earnest mengatakan, AS tetap meminta sanksi diangkat secara bertahap di bawah kesepakatan akhir. Namun menurutnya rincian masih harus dinegosiasikan.

"Kami tak pernah pada posisi meminta semua sanksi dihapus di hari pertama," ungkap Earnest.

Earnest mengatakan, Washington ingin melihat komitmen Iran dalam mematuhi kesepakatan. Menurutnya Iran akan lebih mungkin untuk mematuhi, jika tahu sanksi bisa diterapkan kembali.

Selama ini sanksi yang dijatuhkan AS dan Uni Eropa telah mencekik perekonomian Iran. Sanksi membuat Iran harus mengurangi ekspor minyaknya hingga 60 persen. Padahal per harinya Iran mampu memproduksi minyak hingga satu juta barel.

Sebelumnya pada Kamis (9/4) lalu pemimpin tertinggi Iran Ayatollah ALi Khamenei dan Presiden Iran Hassan Rouhani satu suara mengenai sanksi Iran. Mereka meminta seluruh sanksi Iran dicabut pada hari yang sama dengan dicapainya kesepakatan akhir.

"Semua sanksi harus dihapus setelah kesepakatan ditandatangani. Jika penghapusan sanksi bergantu proses lain, maka mengapa kita memulai negosiasi?" kata Khamenei dilansir Reuters, Jumat (10/4).

Meski mendukung negosiasi, Khamenei tetap memperingatkan kalau-kalau ada 'niat jahat dari AS. Menurutnya, ia pada dasarnya tak mendukung atau menentang kesepakatan. Namun Khamenei mengingatkan kemungkinan pihak lain (negara Barat) berbuat curang, karena ingin membatasi program nuklir Iran.

"Saya tak pernah optimis mengenai negosiasi dengan Amerika, namun saya setuju untuk negosiasi dan mendukung para negosiator. Saya mendukung kesepakatan yang melindungi kepentingan dan kehormatan Iran, " ungkap Khamenei.

Sementara itu, Prancis yang telah menuntut pengawasan lebih ketat terhadap Iran mengatakan komentar para pemimpin Iran menunjukkan akan sulitnya mencapai kesepakatan akhir. Menurutnya masih banyak perbedaan yang perlu disepakati untuk mencapai kesepakatan termasuk urusan sanksi.

"Subyeknya masih sama, bahwa kita tak setuju terutama pada masalah sanksi ekonomi. Pernyataan pemimpin tertingi (Iran) menunjukkan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," ujar Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius.

Dalam upacara peringatan Hari Teknologi Nuklir Nasional Iran, Rouhani kembali menegaskan tujuan negaranya ikut serta dalam pembicaraan nuklir. Menurut Rouhani tujuan utama keikutsertaan Iran adalah untuk mengamankan hak-hak nuklir Iran.

"Tujuan kami dalam pembicaraan adalah untuk melestarikan hak-hak nuklir bangsa kami," kata Rouhani.

Pekan lalu, Iran dan enam negara kekuatan dunia telah berhasil mencapai kerangka kesepakatan terkait nuklir Iran. Rencananya mereka akan kembali bertemu dalam beberapa hari mendatang, untuk membahas kembali kesepakatan akhir sebelum tenggat waktu 30 Juni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement