Sabtu 21 May 2016 00:01 WIB

NATO dan UE Upayakan Pakta Baru Halangi Rusia

Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen
Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- NATO dan Uni Eropa akan mengumumkan pakta kerja sama dalam pertemuan puncak di Warsawa pada Juli untuk menyelesaikan ketidakjelasan dan ketidakpercayaan puluhan tahun mengenai pengamanan di seberang perbatasan Eropa.

Karena terdesak kekhawatiran akan serangan dunia maya Rusia, arus pendatang dan kegagalan negara di kawasan Eropa, pejabat mengatakan, tantangan tersebut membutuhkan tanggapan militer dan pendekatan keamanan lebih lunak, melawan propaganda serta memberikan pelatihan untuk menstabilkan pemerintah.

"Jika ada serangan siber Rusia, kemi tidak akan mau menghabiskan waktu dua pekan dalam pertemuan membicarakan yang masing-masing kami harus lakukan," kata pejabat pertahanan UE, yang bekerja erat dengan NATO.

Meski rencana bersama sudah disepakati sebelum pertemuan Warsawa, kerja sama itu pada akhirnya bisa berarti pembayar pajak, yang saat ini membayar ganda untuk rencana militer NATO maupun UE, mendanai lebih sedikit duplikasi ke arah tujuan bersama.

Untuk menekankan kerja sama tersebut, negara-negara non-NATO Finlandia dan Swedia, bergabung dalam sesi pertemuan menteri-menteri luar negeri pada Jumat di markas NATO dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg dan kepala kebijakan luar negeri UE Federica Mogherini.

Namun, meski 22 dari 28 anggota NATO adalah juga anggota UE, kedua institusi tersebut memiliki keterbatasan atas apa yang bisa mereka lakukan bersama karena ketegangan kawasan antara Turki dan Yunani yang membatasi pertukaran informasi.

Turki, anggota NATO namun bukan anggota UE, memblokir pertukaran intelijen dengan UE, sementara Yunani, anggota NATO dan UE, tidak ingin Brussels berbagi informasi peka dengan sekutunya gara-gara Turki.

Ada pula keengganan melakukan misi tanpa dukungan PBB, dimana Rusia yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, berhati-hati menyetujuinya mengingat hubungan Timur-Barat yang mencapai titik terendah sejak Perang Dingin, terkait krisis di Ukraina.

"Kami menghadapi tantangan yang sulit untuk dijelaskan. Kami berjuang untuk menemukan perubahan cepat," kata utusan khusus Norwegia untuk NATO Knut Hauge.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement