Senin 04 Jul 2016 18:54 WIB

Empat Hari, 30 Pengedar Narkotika Terbunuh di Filipina

Presiden Filipina Rodrigo Duterte diambil sumpah dalam pelantikannya sebagai presiden di Istana Malacanang, Kamis, 30 Juni 2016. Putrinya Veronica tampak memegang Injil.
Foto: The News and Information Bureau, Malacanang Palace via AP
Presiden Filipina Rodrigo Duterte diambil sumpah dalam pelantikannya sebagai presiden di Istana Malacanang, Kamis, 30 Juni 2016. Putrinya Veronica tampak memegang Injil.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Kepolisian Filipina menyatakan sebanyak 30 pengedar narkotika terbunuh dalam empat hari dengan sitaan barang terlarang mencapai nilai sekitar 20 juta dolar Amerika Serikat. Operasi ini seiring resminya Presiden Filipina Rodrigo Duterte menjabat pada Kamis (30/6).

Duterte menang pemilihan presiden pada Mei dengan janji memberantas kejahatan. Namun seperti dilaporkan Reuters, pidatonya, yang disebut terkesan menghasut berikut pembelaannya terhadap pembunuhan di luar pengadilan, membuat banyak pihak khawatir atas pengembalian pemerintahan keras pada masa lalu.

Kepala polisi wilayah Manila Oscar Albayalde, mengatakan, lima pengedar narkotika terbunuh dalam baku tembak dengan polisi di kota kumuh tidak jauh dari istana presiden pada Ahad.  "Anggota saya hendak menangkap pengedar itu, tetapi kami mendengar suara tembakan dari salah satu rumah," kata Albayalde, dengan menambahkan, polisi pun balas menembak dan akhirnya menewaskan lima tersangka.

Empat senjata api dan 200 gram met atau sabu-sabu kristal disita sebagai barang bukti. Tiga tersangka lain turut terbunuh di lokasi lainnya pada Sabtu di Manila. Sebanyak 22 orang juga tewas di empat lokasi di luar wilayah ibukota.

Sekitar lebih dari 100 orang dilaporkan mati, sebagian besar diantaranya adalah tersangka pengedar narkoba, pemerkosa, dan pencuri mobil dalam operasi anti-kejahatan dari kepolisian sejak pemilihan presiden pada 9 Mei.

Sekretaris jenderal Kesatuan Advokat Rakyat Nasional Edre Olalia mengatakan, aksi pembunuhan harus segera dihentikan. "Ancaman narkoba mesti diberantas, tetapi rangkaian eksekusi mendadak, yang tampak direkayasa, atau direncanakan sebelumnya terhadap para tersangka pengguna dan pengedar narkoba harus juga dihentikan," kata lelaki itu, "Kedua hal itu tidak dapat dibandingkan."

Kepala Polisi Nasional Ronald dela Rosa mengatakan, lembaga anti narkoba dan polisi telah menyita paket 180 kilogram sabu-sabu di bagian utara wilayah utama, Pulau Luzon senilai 900 juta peso (19,23 juta dolar AS) yang diduga dikirim dari Cina atau Taiwan.  Kiriman itu dibongkar di atas laut dan dibawa ke pantai oleh kapal nelayan kecil sebelum akhirnya diedarkan ke kawasan Pecinan di Manila, ungkapnya.

Pasukan Tentara Rakyat Baru (NPA) yang berkiblat pada ajaran Mao pada Ahad menyatakan dukungannya atas kebijakan Duterte memerangi narkotika. Pihak itu mengatakan, NPA tampaknya akan menggelar gerakan menumpas narkotika melawan oknum tentara, polisi, dan pejabat pemerintah setempat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement