Ahad 28 Aug 2016 21:57 WIB

Dikunjungi Obama, Laos Buka Diri

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS Barack Obama dan Ibu Negara Michelle Obama bersama Presiden Laos Choumaly Xayasone dan istrinya Keosaichai Xayasone.
Foto: usembassy.gov
Presiden AS Barack Obama dan Ibu Negara Michelle Obama bersama Presiden Laos Choumaly Xayasone dan istrinya Keosaichai Xayasone.

REPUBLIKA.CO.ID, VIENTIANE -- Pemerintah komunis Laos, negara dengan populasi kurang dari tujuh juta ini jarang menyebabkan riak di sirkuit diplomatik. Namun, negara ini akan 'hidup' ketika para pemimpin global tiba untuk pertemuan puncak Asia.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan berada di antara mereka, membuat dorongan beban kepresidenannya untuk menyeimbangkan kebijakan luar negeri Washington terhadap Asia. Hal ini secara luas dilihat sebagai respons terhadap ekonomi dan militer Cina di seluruh wilayah.

Namun diplomat mengatakan, Obama bisa melakukan dorongan di Laos berkat perubahan pemerintahan di sana April lalu. Mereka mengatakan, pemimpin baru negara tersebut tampaknya siap untuk melenceng jauh dari Beijing dan bersandar lebih dekat ke arah tetangga lain, Vietnam. Sengketa dengan Cina atas Laut Cina Selatan tampaknya menjadi pendorong untuk sebuah aliansi dengan AS.

"Pemerintah baru lebih dipengaruhi oleh Vietnam dibanding Cina," kata seorang diplomat Barat di Asia Tenggara. "Tidak pernah terlalu terlambat untuk seorang presiden AS berkunjung," lanjut dia.

Obama akan menjadi presiden AS pertama yang mengunjungi daratan Laos. AS pernah melancarkan perang rahasia saat berperang di Vietnam, dan menjatuhkan sekitar dua juta ton bom. Sekitar 30 persen persenjataan gagal meledak, meninggalkan warisan mahal dan berbahaya.

Laos memiliki kepentingan strategis bagi Vietnam dan Cina. Vietnam memiliki perbatasan panjang dengan Laos dan memberi akses ke pasar di Thailand dan luar negeri. Bagi Cina, Laos adalah pintu gerbang utama ke Asia Tenggara dalam strategi perdagangan Jalur Sutra Baru.

Pergeseran Kebijakan

Sulit untuk membaca kebijakan di Laos karena pemimpinnya tidak begitu komunikatif. Tapi para diplomat Barat telah mendeteksi beberapa pergeseran.

Pertama, Wakil Perdana Menteri Somsavat Lengsavad yang menjalankan proyek rel Cina senilai tujuh triliun dolar AS pensiun. Proyek tersebut kini ditangguhkan karena Laos tidak senang dengan ketentuan kesepakatan.

Pejabat pemerintah baru Perdana Menteri Thongloun Sisoultih, banyak dari mereka berpendidikan di Vietnam telah mengunjungi Hanoi secara masal dalam beberapa pekan terakhir. Ini menjadi perjalanan luar negeri pertama mereka.

Pada dua pertemuan terakhir Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Laos telah mengambil sikap untuk tidak bernuansa pada Beijing. Tidak seperti tetangganya, Kamboja yang semakin dilihat sebagai satelit Cina.

"Kepentingan strategis AS di Laos adalah untuk melihat negara dapat mengarahkan otonomi strategis karena Anda tidak ingin memiliki sesuatu yang mirip dengan hubungan antara Cina dan Kamboja," kata Phuong Nguyen dari pusat penelitian Strategic and International Studies berbasis di Washington.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement