Kamis 08 Sep 2016 21:55 WIB

Duterte Minta AS dan Negara Kawasan tak Ajari HAM

Presiden Filipina Rodrigo Duterte berjalan usai menyampaikan pidato dalam penutupan ASEAN Summit di National Convention Center, Vientiane, Laos, Kamis (8/9).
Foto: Antara/ Akbar Nugroho Gumay
Presiden Filipina Rodrigo Duterte berjalan usai menyampaikan pidato dalam penutupan ASEAN Summit di National Convention Center, Vientiane, Laos, Kamis (8/9).

REPUBLIKA.CO.ID, VIENTIANE -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Kamis (8/9), membela catatan perlakuan negaranya terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) saat konferensi tingkat tinggi (KTT) kawasan di Laos. Ia mendesak pimpinan negara di Asia Timur dan Amerika Serikat membantu negaranya memberantas perdagangan narkotika.

Duterte menempati pucuk kekuasaan pada Mei, berjanji akan memberantas kejahatan dan korupsi dalam waktu enam bulan. Ia juga berjanji akan memerangi para pengedar narkoba dan memutus rantai pecandu di negara berpenduduk 100 juta jiwa tersebut.

Korban jiwa dari perang antinarkoba pemerintah selama dua bulan telah mencapai 2.400 orang hingga pekan lalu. Polisi menyatakan, 900 orang tewas dalam operasi polisi, sementara sisanya masih dalam penyelidikan, ungkapan yang dinilai pegiat HAM merujuk ke pembunuhan oleh anggota paramiliter atau tanpa proses peradilan (ekstrayudisial).

Dalam pidatonya, Duterte berbicara selama lebih dari lima menit tentang HAM dan kampanye antinarkoba dalam KTT Asia Timur di ibu kota Laos, Vientiane, ungkap seorang diplomat Indonesia dalam pertemuan tersebut. "Saya ingin berbicara tentang HAM," kata Duterte seperti dikutip diplomat tersebut.

Saat itu Duterte juga menayangkan foto warga Filipina yang dibunuh tentara Amerika sekitar seabad lalu. "Ini adalah leluhur saya yang dibunuh, mengapa saat ini kita bicara mengenai HAM? Kita harus membahas isu HAM secara keseluruhan," katanya.

Duterte berbicara setelah Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyampaikan pidato mengenai HAM. Keinginan Duterte itu mendapat dukungan banyak warga Filipina, tetapi aksi pembunuhan tersebut memicu keprihatinan dari AS, sekutu dekatnya, serta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dalam salah satu pidatonya sebelum KTT di Laos, Duterte sempat menyinggung Obama hingga Gedung Putih pun bereaksi dengan membatalkan pertemuan dua pihak. Pejabat Filipina pekan ini membagikan pamflet setebal 38 halaman dalam KTT yang berisi pujian terhadap aksi antinarkoba Duterte.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement