Rabu 21 Sep 2016 18:17 WIB

India Miliki Nomor Panggil Cepat Laporkan Pornografi Anak

Hentikan Pornografi Anak (Ilustrasi)
Foto: epa/Corbis/FRANCIS R. MALASIG
Hentikan Pornografi Anak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India pada Senin (19/9) meluncurkan nomor panggil cepat (hotline) internet pertama untuk mendorong warga melaporkan pornografi anak seraya mengurangi jumlah foto dan video yang mengeksploitasi anak secara seksual di internet, kata penggerak insiatif itu.

Salah satu direktur lembaga amal antiperdagangan manusia India Insiatif Prerana Aarambh, Siddharth Pillai mengatakan hotline itu merupakan langkah pertama menghapus foto dalam jaringan.

"Pertama laporkan, dan kami akan menghapus dan menutup laman terkait. Penutupan akses dapat dilakukan dalam beberapa jam usai pelaporan, sementara penghapusan konten membutuhkan waktu lebih dari sepekan tergantung lokasi pengunggahan," kata Pillai.

Hotline dalam jaringan itu dapat dimanfaatkan masyarakat, polisi, perusahaan internet, bahkan korban. Pengguna dapat memakai layanan dalam bahasa Hindi dan Inggris.

Foto yang memperlihatkan pelanggaran seksual terhadap anak merupakan problem masyarakat dunia, kata para ahli.

Sebagian besar foto ditemukan di Amerika Utara dan Eropa, dua wilayah yang jaringan internetnya cukup maju, cepat, dan didukung pusat server besar.

Namun belum ada data akurat terkait jumlah anak-anak di India yang dieksploitasi dalam kasus pornografi itu, kemungkinannya apakah mereka dipaksa memperlihatkan organ vitalnya atau diarahkan agar terlibat dalam hubungan intim. Banyak korban memilih tak melapor ke polisi karena takut dan malu.

Setidaknya ada 96 laporan eksploitasi seksual terhadap anak di India via foto di internet pada 2015. Jumlah itu meningkat sebanyak 140 persen dibanding tahun sebelumnya, ungkap data Biro Pencatatan Kasus Kejahatan Nasional.

Kepala Pelaksana Yayasan Pengawas Internet Inggris (IWF), salah satu penggerak hotline pornografi anak, Susie Hargreaves mengatakan fasilitas semacam itu sangat dibutuhkan di India.

"Saat IWF terbentuk pada 1996, 18 persen foto pelecehan seksual anak diunggah di Inggris. Hari ini angka itu menurun jadi 0,2 persen berkat kerja sama dengan pelaku industri internet. Kami ingin membantu India membangun jaringan internet bersih dan aman, serta saling berkolaborasi mengatasi isu yang pernah dihadapi Inggris," kata Hargreaves.

IWF akan menganalisis laporan dari hotline India guna memeriksa apakah korban adalah anak-anak, ditambah dengan tingkat keparahan pelecehannya. Berkat bantuan 120 mitra IWF, diantaranya perusahaan teknologi semacam Google, Facebook, dan Twitter, lokasi server data pornografi dapat dilacak hingga akhirnya ditutup aksesnya dan dihapus dari internet.

Nantinya, informasi tersebut dapat dibagi ke polisi agar tersangka dapat dituntut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement