Ahad 07 May 2017 21:36 WIB

3.000 Migran Diselamatkan di Laut Mediterania dalam Sehari

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Aksi dievakuasi imigran yang diselamatkan dari Laut Mediterania, Jumat (14/4).
Foto: Reuters
Aksi dievakuasi imigran yang diselamatkan dari Laut Mediterania, Jumat (14/4).

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA - Penjaga pantai Italia mengungkapkan sekitar 3.000 migran telah diselamatkan di Laut Mediterania dalam waktu satu hari. Mereka, yang belum diketahui negara asalnya, ditemukan saat mencoba melakukan perjalanan dari Afrika utara ke Eropa.

Para migran itu ditangkap di lebih dari 20 operasi penyelamatan terpisah, yang dilakukan pada Sabtu (6/5). Operasi tersebut melibatkan penjaga pantai dan angkatan laut Italia, pasukan misi EUNAVFOR dari Uni Eropa, badan perbatasan Uni Eropa Frontex, LSM-LSM, dan sejumlah kapal dagang.

Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), hingga 26 April, ada 43.490 pengungsi dan migran yang telah tiba di Eropa melalui jalur laut. Lebih dari 1.000 migran lainnya dinyatakan tewas atau hilang saat berada dalam perjalanan menyeberang.

Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Italia Angelino Alfano mengatakan negaranya akan menjadi tuan rumah konferensi internasional mengenai migrasi. "Stabilisasi Libya memiliki nilai yang sangat besar bagi kami (Italia) yaitu mengenai keamanan nasional, perdagangan manusia, dan pengurangan aliran migrasi," kata Alfano, dikutip kantor berita Italia, Ansa.

Pengungsi dan migran yang melewati Libya akan menghadapi kondisi yang sangat sulit. Hal itu karena Libya merupakan negara yang tengah dilanda konflik.

Para pengungsi dan migran, yang sebagian besar berasal dari Nigeria, Senegal, dan Gambia, banyak ditangkap saat mereka sedang menuju ke utara menuju pantai Mediterania, Libya. Beberapa dari mereka berharap dapat menaiki kapal yang akan menuju Italia.

Di perjalanan menuju pantai, mereka akan menjadi mangsa dari kelompok bersenjata dan jaringan penyelundup manusia. Kelompok-kelompok ini sering kali mencoba memeras uang yang dimiliki para migran dengan imbalan membiarkan mereka melanjutkan perjalanan.

Bulan lalu, IOM mengatakan ada banyak pengungsi dan migran yang diculik dan ditahan di Libya untuk ditukar dengan uang tebusan. Para migran juga banyak yang diharuskan melakukan kerja paksa dan bahkan dalam beberapa kasus, mereka dijual ke pasar sebagai budak.

Migran-migran yang keluarganya tidak mampu membayar uang tebusan, akan dibunuh atau dibiarkan mati kelaparan. Jika ada migran yang mati atau dibebaskan, migran lain akan kembali diculik untuk menggantikan posisi mereka.

Dilansir dari Aljazirah, Libya adalah gerbang utama yang digunakan para migran untuk bisa mencapai Eropa melalui jalur laut. Tercatat ada 150 ribu orang yang telah melewati gerbang ini dalam tiga tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement