Jumat 19 May 2017 16:06 WIB

Cina Siap Normalkan Hubungan dengan Korsel

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Xi Jinping
Foto: REUTERS/Lintao Zhang
Xi Jinping

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina ingin menempatkan hubungan dengan Korea Selatan (Korsel) kembali seperti semula. Kedua negara sempat mengalami pertikaian atas penempatan sistem pertahanan antirudal AS atau dikenal sebagai High Altitude Area Defense (THAAD).

Sistem canggih ini ditempatkan di Semenanjung Korea menyusul ketegangan dengan Korut. Cina sebagai sekutu Korut telah menentang penyebaran THAAD, bahkan sebelum dilakukan pada Maret lalu.

Negeri Tirai Bambu menilai radar yang terdapat dalam sistem itu dapat menembus teritori negara mereka. Bahkan, ada kemungkinan sejumlah kegiatan, termasuk dari militer yang mungkin dapat dimata-matai. 

Cina disebut telah melakukan tindakan balasan terhadap Korsel sebagai protes atas rencana penyebaran THAAD.

Pada awal Februari lalu, proyek dari beberapa perusahaan Negeri Ginseng tersebut yang beroperasi di Cina dihentikan oleh otoritas setempat.

Presiden Cina Xi Jinping dalam pertemuan dengan perwakilan Korsel, Moon Lee Hae-chan di Ibu Kota Beijing, Jumat (19/5) mengatakan, kali ini siap bekerja sama dengan Korsel untuk menangani masalah antara kedua negara. Perselisihan dan perdebatan yang terjadi harus diselesaikan melalui pembicaraan, serta resolusi untuk THAAD.

"Cina telah menaruh perhatian besar terhadap hubungan bilateral dengan Korsel. Kami akan berupaya membuat hubungan dua negara kembali ke jalur normal dan saling menguntungkan," ujar Xi, Jumat (19/5).

Xi juga kembali mengungkapkan kekhawatiran Cina atas ketegangan yang meningkat di Semenanjung Korea, khususnya antara AS dan Korut. Ia menekankan diperlukan sikap saling menahan diri antara masing-masing pihak agar tidak terjadi perang dengan konsekuensi yang tak pernah diinginkan di wilayah itu.

Ketegangan antara Korut dan AS meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Dimulai dengan peringatan dari Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa negaranya dapat melakukan aksi militer untuk menghadapi ancaman Korut.

Uji coba nuklir disebut oleh Korut sebagai hak pertahanan negara terisolasi itu. Namun, sejumlah negara di sekitar Semenanjung Korea, khususnya Korsel dan Jepang merasakan ancaman nyata dari program nuklir tersebut.

Baca juga,  Korut: Peluncuran Rudal untuk Targetkan Pangkalan Militer AS.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement