Sabtu 23 Sep 2017 05:47 WIB

Cina Yakin KA Cepat Jakarta-Bandung Sesuai Jadwal

Petugas sedang meratakan tanah di lokasi ground breaking Kereta Api Cepat, Jakarta-Bandung di Ciwalini Kabupaten Bandung.
Foto: Republika/Arie Lukihardianti
Petugas sedang meratakan tanah di lokasi ground breaking Kereta Api Cepat, Jakarta-Bandung di Ciwalini Kabupaten Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China Railway Group Limited (CREC) mengaku yakin pembangunan proyek infrastruktur kereta api cepat Jakarta-Bandung akan selesai sesuai jadwal pada akhir 2019. Meskipun hingga kini masih berada pada tahap pembebasan lahan.

"Proyeknya terus berjalan sesuai jadwal dan sesuai harapan pemerintah kedua negara. Tahun ini kami memang fokus pada pembebasan lahan sebagai tahap persiapan konstruksi," kata Direktur Departemen Bisnis Asia CREC Li Jianping saat menerima kunjungan wartawan dari negara-negara ASEAN di Beijing, Jumat (22/9).

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong badan usaha milik negara di Indonesia dan Cina yang tergabung dalam konsorsium PT Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC) agar segera menuntaskan hambatan pembebasan lahan. Tujuannya agar pembangunan proyek senilai 6,07 miliar dolar AS itu dapat segera dilaksanakan. "Pembebasan lahan itu masalah pokok, tinggal masalah berapa kilometer sehingga itu bisa dimulai," tutur Wapres akhir Agustus lalu.

Sementara menurut Jianping, pemerintah Indonesia pun telah berperan lebih aktif untuk menyelesaikan isu yang kerap menjadi hambatan pembangunan infrastruktur di Tanah Air itu. "Semua berjalan lancar, kami sudah melakukan banyak negosiasi dengan beragam detail yang didiskusikan baik pada level pemerintah maupun investor," kata dia.

Selain proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung, CREC juga sedang menjajaki dua proyek pembangunan infrastuktur kereta api untuk menghubungkan area tambang batu bara dan pelabuhan. Kerja sama bisnis untuk dua proyek yang berada di Kalimantan Tengah dan Sumatra Selatan itu masih menginjak tahap negosiasi meskipun inisiatifnya telah dimulai sekitar enam hingga delapan tahun lalu.

"Kendalanya terletak pada data volume reserve perusahaan tambang yang belum siap diperiksa oleh auditor. Kami perlu memastikan hal tersebut sebelum melanjutkan ke proses penentuan model bisnis," kata Jianping.

Perusahaan yang memperoleh peringkat 57 versi Fortune Global 500 pada 2016 itu juga mulai membidik bisnis real estate di Indonesia dengan rencana pembangunan hunian bertingkat di kawasan Jakarta Selatan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement