Sabtu 11 Nov 2017 10:01 WIB

Mantan Pejabat Gedung Putih Coba Singkirkan Fethullah Gulen

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Budi Raharjo
Fethullah Gulen
Foto: AP PHOTO
Fethullah Gulen

REPUBLIKA.CO.ID,AMERIKA SERIKAT--Seorang mantan pembantu Gedung Putih dilaporkan, menawarkan 15 juta dolar AS untuk membantu menyingkirkan seorang ulama Turki yang kini menetap di Amerika Serikat, Fethullah Gulen. Gullen ingin dikembalikan ke negara asalnya, Turki, dari AS.

Berdasarkan laporan NBC News dan Wall Street Journal, Mantan penasihat keamanan nasional gedung putih, Michael Flynn dan anaknya membahas dugaan rencana itu dengan perwakilan Turki. Masalah tersebut dikatakan berada di bawah pengawasan Departemen Kehakiman, di mana masalah ini meluas hingga adanya dugaan pemilihan tentara Rusia. Namun, Flynn berhenti setelah menyesatkan Gedung Putih untuk bertemu dengan salah seorang utusan.

Rencana dugaan untuk menyingkirkan ulama tersebut, pertama kali diungkapkan pada Maret 2017 oleh mantan direktur CIA James Woolsey. Sebelumnya pemerintah Turki menuduh Gulen, yang tinggal di negara bagian Pennsylvania, AS, berada di balik kudeta yang gagal tahun 2016. Dimana, sekelompok tentara berusaha mengambil alih kekuasaan pemerintah Turki pada Juli 2016. Pemerintah Turki menuding Gulen sebagai dalang dibalik upaya kudeta tersebut.

Dia dipandang sebagai saingan politik utama Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang telah berulang kali meminta ekstradisi Gulen dari AS. Menurut Wall Street Journal, penyelidikan khusus pengacara Robert Mueller berfokus pada sebuah pertemuan pada pertengahan Desember antara Flynn dan pejabat Turki di New York. Flynn dilaporkan telah mendiskusikan bahwa Gulen diangkut dengan jet pribadi ke pulau penjara Imrali, Turki.

Flynn bertugas di tim transisi Gedung Putih selama pertemuan yang dilaporkan, yang terjadi sebulan sebelum ia bergabung dengan administrasi Trump. Menurut Woolsey, seorang anggota dewan untuk konsultasi Flynn mengatakan, Flynnjuga bertemu dengan perwakilan Turki pada September 2016.

Woolsey sebelumnya mengatakan kepada CNN bahwa pada September 2016, "setidaknya ada beberapa saran kuat dari satu atau lebih orang Amerika, yang hadir dalam pertemuan tersebut bahwa kita bisa, Amerika Serikat bisa, melalui mereka, untuk dapat menahan Gulen," kata Woolsey seperti yang dilansir dari BBC News, Sabtu (11/11).

NBC melaporkan bahwa penyidik federal juga melihat apakah Flynn mencoba mendorong kembalinya Gulen ke Turki, saat ia masih menjabat sebagai penasihat keamanan nasional Gedung Putih. Namun juru bicaranya, sebelumnya membantah bahwa Flynn mendiskusikan tindakan ilegal dengan orang-orang Turki.

Barry Coburn, seorang pengacara dan penasehat hukum Flynn yang lebih muda, mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak memberikan komentar atas laporan tersebut. Flynn adalah pembantu pertama di Gedung Putih yang mengundurkan diri, setelah Trump diangkat menjadi Presiden AS. Dimana Flynn hanya 23 hari bekerja di gedung putih.

Letnan jenderal yang sudah pensiun tersebut mengakui, bahwa ia berbohong kepada Wakil Presiden AS, Mike Pence tentang sebuah pertemuan dengan duta besar Rusia di mana pencabutan sanksi AS telah dibahas. Flynn juga gagal mendaftar sebagai pelobi pemerintah Turki saat dia meminta izin keamanan Gedung Putih.

Pada 2016, konsultansinya, Flynn Intel Group dibayar $ 530 ribu untuk melobi atas nama pemerintah Turki, yang mengharuskannya mendaftar sebagai agen asing. Pengacaranya kemudian mengatakan bahwa Flynn tidak mendaftar karena dia bekerja untuk seorang pengusaha Turki, bukan sebagai seorang pejabat pemerintah.

Penyidik juga melihat tindakan anak Flynn, yaitu Michel Flynn Jr, yang bekerja sama dengannya di Flynn Intel Group. Kedua media AS juga melaporkan bahwa Flynn dan peserta pertemuan membahas cara untuk membebaskan pedagang emas Turki-Iran Reza Zarrab, yang berada di penjara AS karena tuduhan bahwa dia menghindari sanksi AS terhadap Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement