Sabtu 15 Dec 2012 17:09 WIB

Di Bawah Bayang-bayang Bentrok, Referendum Mesir Digelar

Rep: gilang akbar prambadi/ Red: Taufik Rachman
Warga Mesir pendukung Presiden Muhammad Mursi memberikan dukungannya dalam aksi unjuk rasa di Rabaa El Adaweya di Kairo, Ahad (9/12). (Reuters/Amr Abdallah Dalsh)
Warga Mesir pendukung Presiden Muhammad Mursi memberikan dukungannya dalam aksi unjuk rasa di Rabaa El Adaweya di Kairo, Ahad (9/12). (Reuters/Amr Abdallah Dalsh)

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO—Meski sempat diwarnai aksi bentrok antara dua kubu yang protes maupun mendukung Mohammad Mursi, Mesir tetap menggelar Referendum Nasionalnya.

 

Hari ini Sabtu (15/12), pukul 08.00 pagi waktu setempat referendum tahap pertama atas rancangan konstitusi Mesir digelar. Pada tahap pertama ini, sekitar 26 juta pemilih akan menggunakan hak suaranya di 10 provinsi yang ada di Mesir.

 

Sampai waktu voting tiba, sejumlah massa masih melakukan aksi protes atas rancangan referendum tersebut.

 

Dilansir dari TvNZ OneNews, masa berkumpul di sekitar Tempat Pemilihan Suara (TPS) di setiap daerah untuk menyuarakan pendapatnya.

 

Mereka menolak upaya dari Mursi melalui referendum ini yang seolah ingin menyeragamkan rakyat Mesir.

 

“Saya jelas akan memilih “Tidak”. Rakyat Mesir bukan muslim saja, tapi terdiri dari berbagai golongan. Penerapan kontitusi jelas tidak mencerminkan ragamnya rakyat Mesir,” ujar Michael Nour (45 tahun) seorang guru sekolah Kristen di Alexandria, kota terbesar kedua di Mesir.

 

Nour adalah satu dari sekian banyak orang yang membentuk koalisi guna menahan maksud Mursi dalam referendum tersebut. Koalisi kiri yang terdiri dari para sosialis dan umat Kristen ini memiliki jumlah sekitar 10 persen dari total 83 juta penduduk Mesir. Mereka yang berpikiran liberal ini menuduh kaum muslim mempengaruhi Mursi untuk menyetujui semua dokumen yang tidak mencerminkan keragaman Negara Mesir.

 

Lain halnya dengan seorang pengantri di salahsatu TPS lainnya di sudut kota Kairo, Adel Imam (53 tahun). Dia mengatakan akan memberikan suara “Ya” pada voting ini.

“Saya percaya kepada Mursi. Dia tidak akan menjadi seorang diktator seperti presiden sebelumnya. Maka saya akan memilih “Ya”, lagipula para ulama juga telah menganjurkan demikian,” ujarnya.

 

Sebelumnya, bentrokan pecah jelang referendum tahap pertama ini dimulai. Masa geram karena kaum ulama di sana akhirnya sepakat akan mengatakan “Ya” saat voting digelar.

 

Meski demikian, referendum pun tetap digelar dengan pengaman ekstra ketat dari kepolisian dan tentara Mesir. Hingga saat ini, dilaporkan sekitar 120 ribu tentara dan 6 ribu panser telah dikerahkan untuk menjamin keamanan referendum.

 

Sementara itu, jika referendum tahap pertama ini sukses dihelat, rencananya pada 22 Desember nanti babak kedua akan digelar dengan melibatkan sisa dari total pemilih  Mesir yang berjumlah 25 juta orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement