Selasa 18 Jul 2017 19:01 WIB

Kericuhan Pecah di Al-Aqsha, 50 Orang Terluka

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Polisi Israel mengambil posisi di atap al-Aqsa (ilustrasi).
Foto: REUTERS / Amir Cohen
Polisi Israel mengambil posisi di atap al-Aqsa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Ketegangan di kompleks Al Aqsha akhirnya berujung kericuhan. Sekitar 50 orang dilaporkan terluka di Temple Mount karena bentrok soal pemasangan alat pendeteksi metal di kompleks Al Aqsha oleh otoritas Israel, Selasa (18/7).

Dilansir I24News, Palang Merah melaporkan sedikitnya 50 warga Palestina dan satu penjaga terluka. Times of Israel melaporkan kericuhan terjadi pada Senin (17/7) malam. Palestina dan negara tetangga menolak upaya keamanan yang diterapkan Israel.

Israel sempat menutup kompleks selama 48 jam dan tidak mengizinkan siapa pun masuk. Hal ini pun dikecam pihak internasional. Pada Ahad, kompleks kembali dibuka namun Israel menerapkan upaya keamanan, termasuk pemasangan pendeteksi logam.

Penduduk menolak melewatinya dan lebih memilih shalat di depan pos pemeriksaan baru tersebut. Pada Senin malam, pengunjuk rasa Palestina meminta upaya keamanan dicabut. Para pengunjuk rasa berteriak, "Allahu Akbar."

Aksi tersebut dilakukan di depan salah satu gerbang yang dipasangi alat, Lion Gate. Namun, otoritas berusaha membubarkan mereka dengan granat listrik. Salah satu korban luka adalah pemimpin kelompok, Mustafa Barghouti.

Ia dilaporkan terkena peluru karet dan telah dilarikan ke Rumah Sakit al-Makassed di Yerusalem Timur. Saat aksi, pengunjuk rasa mengatakan Israel telah berusaha mengubah status quo. Mereka akan terus melakukan aksi unjuk rasa hingga alat dicabut.

Mereka juga telah memboikot ibadah di Temple Mount. Perdana Menteri Palestina, Rami Hamdallah mengatakan langkah Israel akan membawa pada kerusakan situasi keamanan dan terus meningkatkan ketegangan.

"Kota Yerusalem menghadapi pelanggaran terbesar yang pernah Israel lakukan, mereka menyasar Masjid Al Aqsa, menutupnya dan bahkan melarang beribadah," kata Hamdallah pada kantor berita Palestina, Watania News Agency.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement