Kamis 03 Aug 2017 06:16 WIB

Ashkenazi, Yahudi Aspal?

Para penganut Yahudi di Tembok Ratapan (ilustrasi)
Foto:
Yahudi ortodoks (ilustrasi)

Tulisan itu merupakan hasil penelitian Eran Elhaik, ahli genetika dari Universitas Johns Hopkins School of Public Health, Amerika Serikat.

“Pertanyaan tentang siapa nenek moyang Yahudi (Ashkenazi) menjadi kontroversi selama lebih dari dua abad, dan belum terselesaikan… ini mendorong kami untuk meninjau kembali Khazarian Hypothesis dan membandingkannya dengan Rhineland Hypothesis. Kami melakukan perbandingan dana analisis genetika menggunakan po pulasi yang lebih luas,” tulis Elhaik.

Lalu, apa hasilnya? Ilmuwan kelahiran Israel itu mengungkapkan, “Temuan kami mendukung Khazarian Hypothesis.” Meski demikian, Elhaik menyatakan orang Khazar bukanlah satu-satunya nenek moyang Yahudi Eropa. Genom Yahudi Eropa, menurut dia, merupakan mosaik da ri berbagai leluhur: dari kawasan Timur Dekat-Kaukasus, Eropa, dan Semit.

“In tinya, genom Yahudi Eropa adalah se buah mosaik dari berbagai masyarakat kuno, dan asal-usulnya sebagian besar dari Khazar.” Mengutip Polak, Elhaik memaparkan bahwa Khazaria merupakan konfederasi dari berbagai suku —Slav, Scythian, HunBulgar, Iran, Alans, dan Turki— yang membentuk sebuah imperium yang sangat kuat dan berkuasa di kawasan Kaukasus UtaraTengah pada akhir Zaman Besi (Iron Age), dan kemudian memeluk Yahudi pada abad ke-8 Masehi. 

Danielle Venton menyatakan kesimpulan Elhaik ini sangat tidak populer bagi sejumlah kalangan, karena menolak Rhineland Hypothesis. Penelitian-penelitian sebelumnya mendukung Rhineland Hypothesis. Tapi, “Temuan tersebut memperlihatkan tidak adanya kepentingan politik dalam pe nelitian Elhaik,” tulis Danielle dalam Highlight: Out of Khazaria –Evidence for “Jewish Genome” Lacking di Jurnal GBE.

Dalam wawancara khusus dengan ha rian terbitan Israel, Haaretz, Elhaik mengu pamakan penjelasan berbagai studi ten tang asal-usul orang Yahudi selama ini bak orang buta yang disuruh menjelaskan bentuk gajah. Karena setiap orang memegang bagian gajah yang berbeda, akhirnya mere ka pun menyampaikan kesimpulan berbeda.

Elhaik menunjuk inkonsistensi itu pun terjadi dalam studi asal-usul orang Yahudi yang dilakukan secara genetik. Adygei, kata dia, menyatakan ada kesamaan ge ne tis Yahudi Eropa dengan populasi di Kaukasus.

 Peneliti lain menyatakan ada kesa,lmaan genetis Yahudi Eropa dengan populasi di Timur Tengah, termasuk Palestina. Ada pula peneliti yang menyebut kesa ma an genetis Yahudi Eropa dengan orang Eropa Selatan seperti Italia.

“Studi saya adalah yang pertama mena warkan teori yang bersifat komprehensif, yang menjelaskan semua penjelasan yang ter lihat bertentangan… penelitian saya membantah hasil studi genetik 40 ta hun terakhir, yang semuanya berasumsi bahwa orang Yahudi secara genetik terisolasi dari bangsa lain (karena itu gennya murni),” papar Elhaik, yang meng klaim hasil penelitiannya sebagai terobosan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement