Kamis 07 Dec 2017 11:00 WIB

Mengapa Trump Akui Yerusalem Ibu Kota Israel?

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Teguh Firmansyah
Yerusalem
Foto: muhammad subarkah
Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akhirnya secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusannya ini cukup mengherankan karena terjadi di tengah begitu banyak kecaman dari dunia internasional.

Namun, menurut pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI), Muhammad Luthfi, Donald Trump cukup konsisten sebagai seorang politikus. Direktur Sekolah Kajian Strategik dan Global UI itu menjelaskan, rezim Trump berbeda sama sekali dengan kepemimpinan Barack Obama silam yang berasal dari partai Demokrat. Dengan demikian, kecenderungannya pun berbeda dalam mendekati persoalan konflik Palestina-Israel.

"Saya kira, dia (Trump) mirip dengan Bush, baik George HW Bush maupun anaknya, George W Bush," kata Muhammad Luthfi kepada Republika.co.id, Kamis (7/12).

Dia menambahkan, keputusan Trump itu tidak muncul tiba-tiba karena bisa ditelusuri sejak dirinya menduduki posisi nomor satu di AS. Misalnya, beberapa saat setelah dilantik menjadi presiden AS, Trump mengatakan tidak mau meneruskan solusi dua negara. Meski begitu mantan pebisnis ini mengklaim masih ingin AS mewujudkan perdamaian di Timur Tengah.

"Nah, apakah ini (mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel -Red) adalah bagian dari yang telah Trump katakan? Bahwa dia tetap konsisten, katakanlah, dengan keinginan berdirinya sebuah negara, meskipun dia mengatakan, perdamaian bisa saja dengan cara lain, yaitu sistem (paradigma) satu negara," jelas Luthfi.

Paradigma solusi dua negara bermakna bahwa perdamaian antara Palestina dan Israel akan terwujud dengan mengakui kedaulatan masing-masing pihak yang berkonflik itu. Adapun paradigma satu negara berarti mengakui kedaulatan salah satu pihak sekaligus menafikan kedaulatan pihak lainnya.

Cendekiawan Muslim itu menambahkan, selama ini Palestina kerap berjuang di jalur diplomatik dengan mengandalkan solusi dua negara. Namun, faktanya kini berubah total lantaran keputusan Trump mengakui status Yerusalem sebagai milik Israel. "Tentu keinginan (mewujudkan) solusi dua negara sudah terkubur dengan ini (keputusan Trump)," tegas dia.

 Baca juga, Rencana Trump Buat Yerusalem Jadi Ibu Kota Israel Bisa Terwujud.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement