Ahad 11 Mar 2018 17:00 WIB

Otoritas Palestina Tolak Undangan Pertemuan Gaza dari AS

Pertemuan tersebut akan dilakukan pada 13 Maret.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Andri Saubani
Warga Palestina berjalan menuju bus setelah melintasi Jalur Gaza menuju Israel lewat perbatasan Erez
Foto: EPA/JIM HOLLANDER
Warga Palestina berjalan menuju bus setelah melintasi Jalur Gaza menuju Israel lewat perbatasan Erez

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Otoritas Palestina menolak undangan oleh Gedung Putih untuk menghadiri pertemuan pemangku kepentingan Gaza pada pekan depan. Seperti dilaporkan Aljazirah, Ahad (11/3), seorang pejabat senior Palestina, Ahmad Majdalani mengatakan kepada radio Voice of Palestina pada Jumat, bahwa otoritas Palestina tidak akan menghadiri pertemuan tersebut. Dia mengatakan bahwa masalah di Gaza adalah masalah politik superior.

Amerika Serikat (AS) sangat menyadari bahwa penyebab sebenarnya dari tragedi Jalur Gaza adalah pengepungan Israel yang tidak adil. "Yang dibutuhkan adalah solusi politik untuk masalah ini, bukan kemanusiaan," katanya.

Sementara itu, asisten Presiden AS Donald Trump, Jason Greenblatt, mengatakan bahwa pertemuan tersebut akan dilakukan pada 13 Maret. Pertemuan itu akan menjadi sesi bertukar pikiran untuk memperbaiki kehidupan di daerah kantong yang terkepung.

Menanggapi situasi kemanusiaan yang sedang berkembang di Gaza, negara-negara kunci dan pemangku kepentingan bersiap untuk bertindak. "Ada sebuah pertemuan di Kairo pada Kamis, dan akan ada sesi bertukar pikiran di Gedung Putih pekan depan untuk menemukan solusi nyata atas masalah yang dihadapi, yang disebabkan oleh Hamas," tulis Greenblatt pada Kamis di The Washington Post.

Jalur Gaza telah menderita selama ini. Organisasi amal Jalur Gaza baru-baru ini mengatakan bahwa lebih dari 1.000 warga Palestina telah tewas akibat blokade Israel yang sedang berlangsung di wilayah pesisir tersebut.

"Dari 1.000 korban blokade, 450 orang meninggal akibat menurunnya kondisi kesehatan di Gaza seperti kurangnya pasokan medis dan krisis rujukan medis untuk perawatan dari luar," kata koordinator organisasi tersebut, Ahmad al-Kurd.

Warga Gazaterus menghadapi situasi sulit karena blokade tersebut. mereka kekurangan airbersih, listrik, obat-obatan dan dokter yang dapat melakukan operasi. Blokade olehIsrael itu telah terjadi sejak Juni 2007, ketika Israel memberlakukan blokadedarat, laut dan udara di wilayah tersebut. Setelah Hamas memenangkan pemilihandi daerah kantong tersebut setahun sebelumnya.

Israelmenguasai wilayah udara dan perairan teritorial Gaza, serta dua dari tiga titikpersimpangan; yang ketiga dikendalikan oleh Mesir.

Baik Israelmaupun Mesir telah membuat perbatasan mereka ditutup. Dan ini yang membuat memburuknyasituasi ekonomi dan kemanusiaan yang telah melemah. Israel mengizinkan jalanmelalui persimpangan Erez hanya dalam kasus kemanusiaan yang luar biasa, denganpenekanan pada kasus medis yang mendesak versi mereka.

Padahal pergerakanorang-orang masuk dan keluar dari Jalur Gaza terjadi melalui Erez (yang orangPalestina sebut sebagai Beit Hanoun) yang berseberangan dengan Israel. Selain itujuga Rafah yang berseberangan dengan Mesir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement