Kamis 05 Apr 2018 23:11 WIB

Krisis di Gaza, Ini yang Dibutuhkan Kemenkes Palestina

Tercatat, 19 orang tewas dan sekitar 1.500 lainnya terluka.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Andri Saubani
Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).
Foto: AP Photo/Adel Hana
Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina meminta bantuan mendesak dari dunia internasional terkait kerusuhan di Gaza yang saat ini masih berlangsung. Hal ini karena situasi di rumah sakit di Jalur Gaza kewalahan menangani pengunjuk rasa yang terluka.

Hingga saat ini, tercatat 19 orang tewas dan sekitar 1.500 lainnya terluka selama unjuk rasa yang berlangsung sejak Jumat (30/3) pekan lalu. Unjuk rasa ini direncanakan akan berlangsung selama enam pekan untuk memperingati Hari Tanah Palestina.

"Dikarenakan banyaknya korban jiwa, kementerian saat ini sedang ada dalam kebutuhan mendesak atas ahli bedah dengan spesialisasi pembuluh darah, tulang, dan pelayanan darurat," kata Direktur Kerjasama Internasional Kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf Abu-Mhadi, dilansir di Middle East Monitor, Kamis (5/4).

Jumlah korban jiwa yang banyak tersebut menyebabkan kebingungan pada petugas pelayanan kesehatan. Ditakutkan, Israel akan terus menyerang para pengunjuk rasa pada demonstrasi yang akan datang.

Puncak aksi ini direncanakan terjadi pada 15 Mei 2018 mendatang. Rakyat Palestina melakukan aksi ini juga untuk mengenang enam pengunjuk rasa yang dibunuh oleh aparat pada 1976.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement