Ahad 15 Apr 2018 04:45 WIB

Peluru Israel pun Menyasar Jurnalis

Kematian Yaser tidak akan membuat jurnalis Palestina patah semangat dan mundur.

Demonstran Palestina melambaikan bendera di hadapan tentara Israel di perbatasan Gaza-Israel dekat Beit Lahiya, Rabu, 4 April 2018.
Foto:

Yaser Murtaja, yang telah membuat banyak film dan foto tentang kehidupan rakyat Palestina di Gaza, paham benar peliputan gerakan warga Palestina dalam membela tanah airnya adalah tugas mulia sekaligus penuh bahaya.

Oleh karenanya, pada Jumat, 6 Maret 2018, selain kamera di tangan, Yaser juga melengkapi dirinya dengan helm dan rompi pelindung berwarna biru tua bertuliskan "PRESS" dalam huruf besar berlatar putih untuk membuat rangkaian huruf itu semakin kontras.

Dengan membawa identitas tersebut, wartawan berharap semua pihak yang berhadapan dalam pertikaian menghormati dan tidak melukai mereka dalam menjalankan tugas jurnalistik, yang tidak berpihak selain pada kebenaran. Juru foto lepas Ashraf Abu Amra mengatakan ia di berada di samping Murtaja. Abu Amra mengatakan mereka berdua jelas ditandai sebagai wartawan, kata laporan Reuters.

Namun, bagi penembak gelap Israel, tulisan PRESS tak punya makna. Peluru tajam tetap merobek perut Yaser.

"Kami sedang mengambil gambar ketika para pemuda membakar ban. Kami berada sekitar 250 meter dari pagar," kata Abu Amra.

Dia melanjutkan, "Pasukan Israel melepaskan tembakan dan mulai melukai orang-orang. Yaser dan saya berlari untuk merekam kejadian tersebut ketika tiba-tiba Yaser terjatuh."

"Saya berteriak padanya, 'Yaser, kamu baik-baik saja?'. Dia tidak menjawab dan ada darah di tanah mengalir dari tubuhnya. Saya tahu itu luka parah dan orang-orang membawanya pergi," kata Abu Amra.

Penulis senior di media berjaringan, The Intercept, Robert Mackey mengungkapkan penembakan atas Yaser memiliki dua kemungkinan, yakni penembak gelap Israel tidak dapat melihat dengan jelas siapa di dalam lingkup teropong senapannya atau tentara itu sengaja menembak wartawan. Menurut Mackey, kemungkinan pertama tidak mungkin karena peluru yang menyasar Yaser sangat tepat menembus tubuhnya, sehingga jika terbukti tentara Israel itu sengaja membidik wartawan, maka itu adalah kejahatan perang.

Dalam menghadapi kecaman atas penembakan wartawan tersebut, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman malah menuduh Yaser menerbangkan pesawat nirawak melewati wilayah perbatasan hingga di atas kepala tentara Israel. Namun, dia tidak dapat menunjukkan bukti untuk membenarkan dugaan tersebut.

Yaser Murtaja yang telah gugur dan tujuh rekan persnya yang terluka dalam peliputan di Gaza menunjukkan beratnya tugas seorang wartawan di medan perang. Oleh karenanya, bagi Pemimpin Gerakan Palestina Hamas, Ismail Haniya, wartawan adalah orang berani dan membanggakan yang mampu membalikkan "meja" dalam keadaan sulit.

Pada pemakaman Yaser, Haniya mengatakan, "Saya menghormati semua jurnalis dan pers yang telah kehilangan nyawanya. Mereka yang telah melewati jalan-jalan penderitaan untuk memotret kenyataan dari orang-orang yang tertindas dan orang-orang yang frustasi di bawah pengepungan di Gaza dan seluruh wilayah Palestina. Tapi itu adalah gambaran yang bermartabat tinggi dari orang-orang yang berani dan membanggakan."

Kematian Yaser telah menarik sejumlah wartawan Palestina untuk berkumpul di Tepi Barat dan menunjukkan solidaritas mereka untuk mengenang dirinya. Nour Odeh, seorang wartawan dari Palestinian Journalists Syndicate mengenang Yaser sebagai seorang wartawan dengan pengabdian tinggi dan kemampuan yang sangat baik.

Dia yakin kematian Yaser tidak akan membuat jurnalis Palestina patah semangat dan mundur. "Justru hal ini membuat kami lebih bertekad, dan sekarang Syndicate punya lebih banyak senjata di tangan untuk membela hak-hak jurnalis dalam mengungkapkan tindakan Israel," kata Odeh.

Yaser tidak lagi bisa mengambil gambar di atas bumi. Dia meninggalkan seorang anak berusia dua tahun, juga harapan baru bagi perjuangan warga Palestina, termasuk wartawan dalam merebut kemerdekaannya dari penjajah Israel.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement