Rabu 18 Apr 2018 17:37 WIB

Pengungsi Palestina Mendaki Gunung Everest dengan Kaki Palsu

Jarah Al-Hawamdeh ingin menggalang dana bagi sekolah UNRWA.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Jarah Al-Hawamdeh
Foto: Facebook
Jarah Al-Hawamdeh

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Mimpi Jarah Al-Hawamdeh untuk menjadi pendaki gunung untuk sementara waktu harus dikesampingkan saat usianya 15 tahun. Pada saat itu, pengungsi asal Palestina tersebut kehilangan kaki kanannya setelah didiagnosis menderita kanker tulang.

Akan tetapi Jarah yang lahir di Al-Jofeh, Amman Selatan, Yordania, dari orang tua pengungsi, telah memutuskan penderitaan yang ia alami tidak akan menghancurkan hidupnya. Jarah bertekad untuk mengubah nasib.

Saat menjalani perawatan kanker di Pusat Kanker King Hussein di Amman, Jarah bersekolah di UNRWA Al-Jofeh Boys School. Tekadnya untuk terus belajar mendapat perhatian khusus dari sekolah, sehingga kelasnya dipindahkan ke lantai dasar agar bisa dengan mudah dijangkau olehnya. Sebuah kamar mandi juga dimodifikasi agar sesuai dengan kursi rodanya.

Dua tahun setelah kehilangan kakinya, Jarah menjadi pendaki ulung dan merupakan pendaki pengungsi Palestina pertama yang mendaki dengan kaki palsu. Pada 2015, ia mendaki Gunung Kilimanjaro dengan membawa pesan harapan bagi pasien kanker lainnya bahwa tidak ada hal yang mustahil.

"Ini memberi saya kesempatan untuk menjadi apa pun yang saya inginkan. Ini membuat saya istimewa. Tidak semua orang memiliki satu kaki, dan saya menggunakan kisah saya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa jika Anda menghadapi masalah, Anda dapat mengatasinya," ujar Jarah, seperti diberitakan Arab News.

"Saya ingin membuat pernyataan yang kuat. Untuk menjadi pendaki, Anda harus mendorong kemauan diri sendiri. Tidak semua orang bisa menjadi pendaki gunung. Jangankan seseorang dengan satu kaki," kata dia.

Saat ini, Jarah telah menghadapi tantangan baru dengan tujuan yang lebih mulia, yaitu mendaki ke base camp Gunung Everest untuk mengumpulkan dana sebesar 1 juta dolar AS agar sekolahnya tetap berdiri. "Sekolah UNRWA Al-Jofeh, yang saya hadiri selama 10 tahun, menghadapi ancaman penutupan karena pemotongan dana 83 persen," kata Jarah.

Misi Jarah untuk menjaga agar sekolahnya tetap berdiri dimulai pada 3 April lalu. Setelah 17.500 langkah kemudian, pada 14 April, dia telah mencapai kamp dasar Gunung Everest. Situs penggalangan dana miliknya, sementara itu telah berhasil mengumpulkan dana sebesar 26.200 dolar AS sejauh ini.

"#MyFirstStep untuk menjaga agar sekolah saya tetap berdiri mulai 3 April dan 17.500 langkah kemudian pada 14 April, saya akhirnya mencapai Base Camp Gunung Everest (5364 mdpl)! Saya telah melakukan tugas saya, sekarang lakukanlah tugas Anda," kata Jarah di Twitter.

Jarah terdampar di base camp karena badai salju sedingin -30 derajat celcius. "Setelah Jarah mendapatkan akses internet lagi, dia akan mengirim video dan foto untuk terus memperbarui perjalanannya," kata tim yang mendukung Jarah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement