Ahad 29 Apr 2018 09:00 WIB

Ribuan Pengungsi Palestina Lari dari Camp Suriah

Pengungsi Palestina melarikan diri setelah operasi militer meningkat di Suriah.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Seorang warga Suriah melintas di sebuah mobil yang hancur usai pertempuran antara oposisi dan militer Suriah di kawasan kamp pengungsian Palestina di Yarmuk, Suriah.
Foto: Abbas Kecam Serangan Suriah ke Kamp Pengungsi Palestina, Yarmouk
Seorang warga Suriah melintas di sebuah mobil yang hancur usai pertempuran antara oposisi dan militer Suriah di kawasan kamp pengungsian Palestina di Yarmuk, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sebanyak 3.500 warga Palestina diperkirakan telah melarikan diri dari camp pengungsian Yarmouk di Suriah. Menurut UNRWA, mereka melarikan diri setelah Pemerintah Suriah meningkatkan operasi militernya di wilayah Damaskus selatan.

Yarmouk telah dikepung oleh Pemerintah Suriah dan kelompok oposisi sejak 2013. Kamp itu pernah menjadi rumah bagi hampir 200 ribu orang pengungsi, di antaranya pengungsi dari Palestina, Suriah, dan negara lain.

"Tokoh-tokoh kejam itu menceritakan kisah tragis mereka sendiri, tentang penghancuran pengungsi yang dulu berkembang, sekarang menderita," kata Chris Gunness, juru bicara UNRWA, badan PBB yang bertanggung jawab atas pengungsi Palestina, kepada Aljazirah.

"Banyak yang tidur di jalanan dan memohon untuk mendapatkan obat. Hampir tidak ada air atau listrik. Penderitaan mereka tidak terbayangkan," kata Gunness.

Pada 19 April lalu, Pemerintah Suriah dan kelompok-kelompok bersenjata yang menjadi sekutunya, termasuk beberapa faksi Palestina, meluncurkan serangan militer yang menargetkan Yarmouk dan daerah-daerah sekitarnya untuk menghancurkan militan. Para militan yang ada di Yarmouk adalah ISIS dan Hay'et Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra.

Pemerintah Suriah dituduh melakukan serangan udara yang intens dengan menggunakan bom barel, rudal, dan granat. Hingga Jumat (27/4), sedikitnya 31 orang telah tewas selama satu pekan, menurut Action Group for Palestinians of Syria yang berbasis di Inggris.

Di dalam kamp Yarmouk saat ini tidak ada rumah sakit atau fasilitas medis yang beroperasi. Dilaporkan 60 persen dari Yarmouk telah dihancurkan. "Kami menyerukan pada semua pihak dalam konflik ini untuk mengambil langkah-langkah guna menyelamatkan warga sipil dan infrastruktur sipil," kata Gunness.

"Dan kami meminta warga sipil yang terluka dan sakit untuk pergi ke tempat yang aman. Kami juga sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk didistribusikan," ujarnya.

Gunness mengatakan, kelompok-kelompok bersenjata dan pasukan pemerintah harus menghormati hukum internasional setiap saat. Sebelum perang di Suriah pecah pada Maret 2011, sekitar 560 ribu pengungsi Palestina telah tinggal di kamp-kamp di seluruh Suriah. "Dengan adanya pertempuran babak terbaru, jumlah pengungsi Palestina yang tersisa di kamp Yarmouk bisa jadi hanya tinggal beberapa ratus," ujar Gunness.

Dalam laporan bersama yang diterbitkan pekan lalu, Action Group for Palestinians of Syria mengatakan kamp Yarmouk telah ditargetkan dengan dua serangan udara setiap 90 detik selama pertempuran berlangsung. Pada Jumat (27/4), media pemerintah Suriah SANA mengatakan operasi itu bertujuan untuk menghancurkan teroris di Yarmouk dan daerah sekitarnya, termasuk al-Hajar al-Aswad dan Yelda.

Yarmouk bukan satu-satunya kamp pengungsi Palestina yang menderita kekerasan selama perang. Awal bulan ini, bentrokan antara pasukan Pemerintah Suriah dan kelompok-kelompok oposisi bersenjata juga menyebabkan banyak korban jatuh di kamp Deraa.

Penduduk kamp tersebut selain menjadi korban bentrokan, juga menderita kekurangan layanan kemanusiaan dasar dan mendapatkan pemotongan pasokan air secara berkala hingga 1.475 hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement