Rabu 16 May 2018 15:52 WIB

Rumah Sakit di Gaza Berjibaku Tangani Korban Luka

Rumah sakit di Jalur Gaza kewalahan menangani korban luka dalam demonstrasi Palestina

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.
Foto: AP Photo/Adel Hana, File
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Fasilitas medis dan rumah sakit di Jalur Gaza berjibaku menangani ratusan korban luka akibat serangan pasukan Israel. Para perawat dan dokter kewalahan karena banjirnya pasien tidak diimbangi dengan tenaga medis yang memadai serta ketersediaan pasokan obat-obatan.

Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza mengalami kondisi tersebut. Direktur Rumah Sakit Shifa Ayman Sahbani mengatakan, sepanjang Senin (14/5) lalu, yakni ketika ribuan warga Palestina menggelar demonstrasi di perbatasan Jalur Gaza-Israel, terdapat 500 korban luka yang dibawa ke rumah sakit. "Di antara mereka, 192 orang membutuhkan operasi, termasuk 120 orang membutuhkan bedah ortopedi," kata Sahbani menerangkan, dikutip laman Al Araby pada Rabu (16/5).

Pada Selasa kemarin, para ahli bedah cukup kewalahan karena harus bekerja di 12 ruang operasi. Hanya sekitar 40 operasi ortopedi berhasil ditangani, sedangkan 80 pasien lainnya harus menunggu giliran. Hal itu memicu kekhawatiran pihak keluarga korban. Mereka cemas kondisi keluarganya akan kian memburuk bila menunggu perawatan atau operasi.

Mengantisipasi kembali melonjaknya jumlah korban luka, Rumah Sakit Shifa telah menderikan tenda-tenda darurat di halaman rumah sakit. Mereka menyiapkan 30 tempat tidur dan tandu di sana.

Sementara itu, 13 rumah sakit umum dan 14 klinik yang dikelola LSM telah mengalami kelangkaan obat-obatan serta perbekalan bedah. Hal itu menyulitkan pekerjaan mereka untuk menangani para korban luka.

Tidak hanya itu, pekerjaan para dokter dan perawat di sana juga semakin dihambat oleh pemadaman listrik. Gaza, yang merupakan daerah blokade, mengalami pemadaman listrik selama 22 jam per hari. Hal itu terjadi karena mereka kekurangan bahan bakar untuk membangkitkan listrik. Selama ini warga Gaza hanya mengandalkan pasokan listrik dari Israel yang sangat minim.

Sedikitnya 62 warga Palestina telah tewas dan 2.500 lainnya luka-luka akibat diserang pasukan keamanan Israel ketika berdemonstrasi perbatasan Gaza-Israel pada Senin (14/5). Ribuan warga Palestina di perbatasan Jalur Gaza melakukan demonstrasi dalam rangka menentang pembukaan Kedubes Amerika Serikat di Yerusalem. Dalam aksi tersebut, massa pun menyuarakan tentang pengembalian hak para pengungsi Palestina untuk pulang ke desanya yang direbut dan diduduki Israel pasca-Perang Arab-Israel 1948.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement