Rabu 30 May 2018 00:57 WIB

Israel Lakukan Serangan Terbesar ke Gaza sejak 2014

Jet Israel membombardir lebih dari 35 situs Palestina.

Rep: Sri Handayani/ Red: Reiny Dwinanda
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.
Foto: AP Photo/Adel Hana, File
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Tentara Israel dan pejuang Palestina di Gaza disebut telah terlibat dalam serangan terberat sejak perang 2014. Pada Selasa (28/5), pejuang Palestina melakukan serangan terbesar dengan meluncurkan hampir 30 kali tembakan mortir ke Israel bagian Selatan.

Jet tempur Angkatan Pertahanan Israel (IDF) menanggapi serangan tersebut dengan membombardir lebih dari 35 situs yang mereka klaim sebagai milik penguasa Gaza, Hamas, dan faksi Jihad Islam Palestina. Roket meluncur tak henti dari arah Israel ke Palestina. Hingga sore hari, sirine peringatan roket terus terdengar.

"Ini jelas rentetan roket dan tembakan mortir terbesar ke Israel sejak Operasi Perlindungan wilayah Tepi (OPE) pada musim panas 2014," kata juru bicara IDF, Letnan Kolonel Jonathan Conricus, seperti dikutip the Guardian.

Conricus menyebut ini sebagai serangan pembalasan. Ia memperkirakan sistem pertahanan udara Iron Dome Israel telah mencegat hingga 25 proyektil.

The Guardian melaporkan, sebuah proyektil merusak bangunan taman kanak-kanak sebelum para siswa datang. Israel memberi tahu warga di daerah itu agar mengungsi ke tempat perlindungan.

Menurut the Guardian, IDF mencatat tiga tentara terluka dalam serangan Selasa lalu. Mereka dievakuasi ke rumah sakit. Sementara itu,  belum ada laporan korban cedera dari pihak Palestina akibat serangan udara tersebut.

Hingga saat ini, belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan mortir tersebut. Tanpa mengidentifikasi siapa yang menembak, Hamas menyatakan apa yang dilakukan merupakan perlawanan sebagai hak alami untuk membela rakyat kita.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji untuk menanggapi serangan itu dengan kekuatan besar. Dengan mengkambinghitamkan serangan terhadap Hamas dan Jihad Islam, ia mengatakan Israel akan menuntut harga yang berat dari siapa saja yang mencoba untuk menyerangnya.

Menteri intelijen Israel, Yisrael Katz, juga mengatakan negara itu mendekati ambang perang sejak 2014. "Kami tidak menginginkannya, dan pihak lain juga tidak, tetapi kami memiliki garis merah," kata dia kepada Radio Angkatan Darat Israel.

Sebagai informasi, daerah perbatasan Israel dan Palestina telah mengalami ketegangan selama dua bulan terakhir. Warga Gaza berkumpul di sepanjang perbatasan untuk memprotes blokade yang dipaksakan oleh Israel dan Mesir.

Mereka juga menolak pembukaan kedutaan AS di Yerusalem. Mereka juga menuntut hak bagi para pengungsi Palestina dan keturunan mereka.

Sepanjang protes tersebut, tentara Israel telah menewaskan lebih dari 110 orang. Kebanyakan dari mereka ditembak oleh para penembak jitu. Ada juga yang tewas dalam serangan udara dan oleh tembakan tank. Petugas medis menyebut ribuan orang ditembak di kaki.

Pemerintah Israel berulang kali menolak ajakan untuk melakukan penyelidikan independen. Mereka menyalahkan Hamas dan menuduh organisasi tersebut menggunakan menggunakan para demonstran sebagai tameng untuk menerobos pagar perimeter.

Tentara Israel melaporkan ada tembakan senapan mesin dari Gaza yang menabrak bangunan di sekitar jalur perbatasan. Para pejuang Gaza juga dituduh telah memasang perangkat peledak improvisasi di sepanjang jalur tersebut.

Militer Israel berulang kali mengebom Gaza menggunakan tank dan jet tempur setelah insiden itu. Hamas, yang telah tiga kali berperang dengan Israel dan mendukung demonstrasi di perbatasan, tidak melepaskan tembakan roket sejak protes dimulai pada 30 Maret. Tak ada orang Israel yang tewas selama gerakan massa itu.

Pada Ahad, ketegangan meningkat ketika sebuah tank Israel menewaskan tiga anggota Jihad Islam di Gaza. Tentara Israel mengatakan itu adalah respons mereka terhadap upaya pengeboman pagar perbatasan. Dengan pola serangan dan serangan balik pada hari Selasa, ada kekhawatiran kekerasan bisa memperdalam konflik babak baru.

Dalam sebuah pernyataan, IDF mengatakan pasukannya telah mencapai tujuh lokasi di sepanjang jalur itu pada Selasa, termasuk enam pusat militer, gudang penyimpanan amunisi, dan target angkatan laut. Jet juga menghancurkan terowongan yang disebut digali oleh Hamas. Terowongan itu melengkung ke bawah tanah menuju Mesir di selatan dan kembali ke utara ke wilayah Israel.

Berbagai roket dan mortir menembaki Israel dari pagi hari. "Beberapa dari mereka diluncurkan oleh Jihad Islam Palestina dan beberapa oleh Hamas, dari sudut pandang mereka, sebagai tanggapan terhadap serangan kami yang tentu saja berlangsung," kata Conricus.

Dia mengatakan komandan tidak punya niat untuk meningkatkan situasi, tetapi mengatakan "tenang akan bertemu dengan tenang, permusuhan akan bertemu dengan respons yang tepat".

Secara terpisah pada hari Selasa, Palestina meluncurkan kapal dari Gaza untuk memprotes blokade laut Israel. Militer Israel mengatakan mereka telah mencegat kapal-kapal itu, menahan 17 orang di dalamnya, dan akan menarik kapal itu ke pelabuhan.

Tenaga medis ditugaskan untuk mengobati setiap orang Palestina yang sakit di kapal. Setelah penyelidikan, kelompok itu  akan dikembalikan kembali ke Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement