Kamis 05 Jul 2018 02:27 WIB

Proposal Perdamaian Palestina-Israel Trump Diragukan

Gedung Putih harus dijalankan oleh orang-orang hebat

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Agung Sasongko
Donald Trump
Foto: EPA-EFE/NEIL HALL
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Seorang pejabat senior Palestina mengecam Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (4/7) dan menyebut ‘pria real estat’ tidak dapat menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Pernyataan tersebut diungkap oleh Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Saeb Erekat.

‘’Gedung Putih harus dijalankan oleh orang-orang hebat, bukan laki-laki real estate dan konflik Israel-Palestina tidak akan dipecahkan oleh cara pria real estate," katanya seperti dikutip dari laman the Times of Israel, Kamis (5/7).

Dikatakan Erekat, otoritas Palestina (PA) akan melanjutkan santunan keluarga dari warga Palestina yang dipenjarakan atau mati, setelah Israel menyetujui undang-undang pekan ini menahan jutaan pajak yang dikumpulkannya untuk Palestina.

Langkah Israel memperburuk krisis anggaran bagi rakyat Palestina, yang sudah terkena pemotongan bantuan AS. Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas memutuskan semua kontak dengan Washington atas pengakuan Trump karena menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada bulan Desember.  Akibatnya, orang-orang Palestina tidak diikutsertakan Washington untuk membentuk proposal perdamaian.

Sebelumnya, Utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner dalam kesempatan wawancara kepada surat kabar Palestina Al-Quds mendesak warga Palestina menolak rencana perdamaian pemerintahan Trump.

Saat itu, Erekat menanggapi wawancara Kushner dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rencana perdamaian adalah upaya untuk mengkonsolidasikan kontrol kolonial Israel atas tanah Palestina.

"Polos dan sederhana: Palestina dan hak-hak Palestina tidak dijual," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement