Ahad 08 Jul 2018 00:24 WIB

Lagi, Militer Israel Tewaskan Demonstran Palestina

Total ada 136 orang demonstran tewas sejak 30 Maret 2018 lalu

Demonstran Palestina melambaikan bendera di hadapan tentara Israel di perbatasan Gaza-Israel dekat Beit Lahiya, Rabu, 4 April 2018.
Foto: AP Photo/Adel Hana
Demonstran Palestina melambaikan bendera di hadapan tentara Israel di perbatasan Gaza-Israel dekat Beit Lahiya, Rabu, 4 April 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Seorang warga Palestina yang terlibat dalam aksi protes di perbatasan dengan Israel meninggal pada Jumat, menambah jumlah demonstran yang tewas jadi 136 orang dalam konfrontasi yang dimulai pada 30 Maret. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, korban ialah pria berusia 22 tahun yang meninggal karena luka di dada.

Laporan itu mengatakan penembakan Israel melukai delapan orang di lokasi yang sama, di timur Kota Gaza, meskipun tidak jelas apakah kedua insiden itu terkait. Militer Israel membantah melakukan penembakan dan mengatakan pasukan mereka menggunakan "sarana pembubaran kerusuhan" termasuk tembakan.

Hal ini ketika mereka berhadapan dengan 3.000 warga Palestina di lima titik di sepanjang pagar perbatasan, pembakaran ban dan pelemparan batu, dan dugaan "sejumlah teroris" yang mendekati pagar perbatasan dengan bom. "Alat peledak itu meledak di Jalur Gaza dan melukai beberapa warga Palestina," katanya.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan hampir 400 orang terluka dalam unjuk rasa hari Jumat, 57 di antaranya dari peluru tajam. Sementara dari pihak Israel tidak ada korban serius dalam aksi yang disebut "Great March of Return", tetapi sejumlah besar tanah Israel mengalami kebakaran akibat layang-layang pembakar atau balon helium yang diterbangkan dari Gaza.

Israel, yang menghadapi kecaman internasional atas taktiknya, menuduh penguasa Hamas di Gaza mengatur protes yang kadang-kadang diwarnai kekerasan untuk mengalihkan perhatian dari masalah tata kelola mereka dan memberikan perlindungan untuk serangan mereka. Gaza yang menjadi rumah bagi dua juta orang Palestina, yang lebih dari separuhnya merupakan pengungsi perang, telah menderita kemiskinan yang dalam dan masaslah infrastruktur akibat blokade selama 12 tahun oleh Israel dan Mesir, yang menurut Israel bertujuan untuk menekan ancaman dari Hamas.

Panitia aksi telah menggambarkan protes perbatasan tersebut sebagai curahan spontan frustrasi, seperti halnya Hamas. Para Islamis telah gagal untuk menyimpulkan pembicaraan dengan saingan politik di Palestina untuk meringankan kondisi di Gaza.

Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina, mengatakan bahwa 74 persen warga Palestina percaya bahwa protes belum mencapai tujuan mereka atau barumencapai sedikit. Jajak pendapat menemukan bahwa 61 persen warga Gaza percaya Hamas bertanggung jawab atas "inisiasi dan organisasi" dari protes perbatasan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement