Rabu 15 Aug 2018 17:04 WIB

Israel Tetap Larang Ban dan Balon Masuk Gaza

Jalur Kerem Shalom dibuka setelah blokade selama sebulan.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Terminal Kerem Shalom, yang juga merupakan perbatasan Gaza dengan Israel
Foto: Mina News
Terminal Kerem Shalom, yang juga merupakan perbatasan Gaza dengan Israel

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel mengizinkan barang-barang komersial kembali ke Jalur Gaza pada Rabu (15/8) setelah blokade jalur penyeberangan selama sebulan. Akan tetapi, Israel tetap melarang ban dan balon masuk Gaza.

Di jalur Kerem Shalom, kiriman buah-buahan dan sayuran, bahan bakar, dan bahan konstruksi masuk ke Gaza pada Rabu pagi. Israel mengumumkan pada Selasa (14/8) bahwa mereka akan mencabut larangan barang-barang komersial yang diberlakukan pada 9 Juli lalu. Larangan itu dilakukan sebagai tanggapan atas peluncuran balon-balon pembakar dari warga Palestina di seberang perbatasan. Menurut Israel, insiden itu telah membakar lahan pertanian dan hutan di Israel selatan.

Kepala persatuan nelayan Gaza mengatakan Israel juga memperluas zona penangkapan bagi nelayan Gaza, dari tiga hingga sembilan mil laut di lepas pantai selatan. Zona tersebut juga diperluas ke enam mil laut di utara, sebuah wilayah yang lebih dekat dengan perbatasan Israel.

Seorang pejabat perbatasan Palestina mengatakan pembatasan pada impor barang-barang komersial seperti balon dan ban tetap berlaku. Israel mengatakan barang-barang itu bisa digunakan untuk tujuan militer.

"Selama penduduk Israel menikmati keamanan dan ketenangan, Anda, penduduk Gaza, akan mendapat manfaat. Jika kekerasan berlanjut, Anda akan menjadi yang pertama kalah," kata Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman dalam pernyataan yang disiarkan di Radio Angkatan Darat.

Pembukaan jalur penyeberangan ke Gaza menjadi tanda berkurangnya ketegangan antara Hamas dan Israel. Mesir saat ini sedang berusaha memugkinkan gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas. Tetapi prospek kesepakatan antara Israel dan Hamas memicu kekhawatiran di dalam pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Hamas dinilai akan mengambil keuntungan dari segala upaya pertempuran untuk membangun persenjataan roketnya.

Mesir dan PBB telah berusaha untuk menengahi gencatan senjata komprehensif. Hal itu untuk mencegah lebih banyak pertempuran dan meringankan kesulitan ekonomi di Gaza.

Para pejabat Hamas mengatakan faksi-faksi Palestina berada di Kairo untuk membahas syarat-syarat gencatan senjata dengan Israel. Kabinet keamanannya akan mempertimbangkan masalah itu di kemudian hari.

Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett, yang mengepalai partai Jewish Home dalam koalisi menyebutkan bahwa fraksinya menentang perjanjian dengan Hamas. "Ini akan memberi Hamas kekebalan total sehingga bisa mempersenjatai diri dengan puluhan ribu roket," kata Bennett dalam sebuah pernyataan.

Selama lebih dari satu dekade, Gaza telah dikendalikan oleh Hamas dan tunduk pada blokade Israel-Mesir yang telah menghancurkan ekonominya. Hal itu menciptakan krisis kemanusiaan parah dengan kekurangan air, listrik, dan obat-obatan. Israel mengatakan tidak punya pilihan selain memaksakan blokade untuk mempertahankan diri terhadap Hamas.

Baca: Israel Akhiri Blokade Jalur Penyeberangan ke Gaza

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement