Sabtu 01 Sep 2018 10:00 WIB

180 Warga Palestina Luka dalam Bentrok dengan Militer Israel

Sebanyak 59 orang harus dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.

Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.
Foto: AP Photo/Adel Hana, File
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sebanyak 180 orang Palestina menderita luka selama bentrokan dengan tentara Israel di perbatasan bagian timur Jalur Gaza dan Israel pada Jumat (31/8). Ini disampaikan Kementerian Kesehatan Jalur Gaza.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza Ashraf Al-Qedra menyebutkan, sebanyak 59 orang harus dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Di antara warga yang terluka, terdapat seorang perempuan paramedis berusia 20 tahun dan anak lelaki berumur 10 tahun yang berada dalam kondisi kritis.

Ratusan pemuda Palestina berkumpul di bagian timur Jalur Gaza di dekat perbatasan dengan Israel. Mereka menyerukan diakhirinya blokade yang diberlakukan terhadap daerah kantung itu sejak 2007.

Mereka juga melepaskan puluhan balon terbakar dari bagian timur Jalur Gaza ke dalam wilayah Israel, sementara mereka memotong dan menarik kawat berduri pagar keamanan perbatasan, kata beberapa saksi mata dan media setempat.

Sebagai reaksi, tentara Israel menembakkan tabung gas air mata dan peluru aktif ke arah demonstran, demikian laporan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu (1/9). 

Beberapa sumber medis dan paramedis mengatakan puluhan orang mengalami sesak nafas setelah menghirup gas air mata, dan lima orang ditembak serta cedera oleh peluru tentara Israel. Pada pagi hari yang sama, Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) melalui pengeras suara menyeru warga agar bergabung pada Jumat ke-23 kegiatan anti-Israel "Pawai Akbar Kepulangan".

Pemimpin senior HAMAS Khalil Al-Hayya mengatakan protes mingguan tersebut hanya akan berhenti ketika Israel mencabut pengepungannya atas Jalur Gaza. Pawai anti-Israel, yang dimulai pada 30 Maret, sejauh ini telah menewaskan 171 orang Palestina dan melukai lebih dari 18 ribu.

Israel menarik tentara dan permukiman Yahudi dari Jalur Gaza pada 2005 tapi telah membangun permukiman di Tepi Barat Sungai Jordan. Ini membuat marah orang Palestina yang memandangnya sebagai penghalang bagi harapan mereka untuk mendirikan negara merdeka. Babak terakhir pembicaraan perdamaian Palestina-Israel macet pada 2014.

Satu pengadilan Israel pada Selasa memutuskan untuk memberi pengakuan hukum bagi pembangunan permukiman tanpa izin Pemerintah Israel di tanah milik orang Palestina.

Kebanyakan negara memandang semua permukiman yang dibangun di wilayah yang direbut Israel dalam Perang Timur Tengah 1967 sebagai tidak sah. Israel mempermasalahkan pendapat masyarakat internasional itu.

Sebanyak 500 ribu  orang Israel tinggal di Tepi Barat dan Jerusalem Timur, daerah yang menjadi tempat tinggal lebih dari 2,6 juta orang Palestina.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement