Senin 15 Oct 2018 04:06 WIB

Netanyahu: Hamas akan Dapat Balasan Menyakitkan

Netanyahu meminta Hamas menghentikan serangan.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.
Foto: Ronen Zvulun/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, jika Hamas tidak menghentikan serangan terhadap Israel, maka otoritas Zionis akan memberikan balasan yang menyakitkan. Pernyataan ini disampaikan Netanyahu dalam pertemuan kabinet keamanan pada Ahad (13/10).

"Hamas tampaknya tidak menginternalisasi pesan kami - jika mereka tidak menghentikan serangan kekerasan terhadap kami, mereka akan dihentikan dengan cara yang berbeda dan itu akan menyakitkan , sangat menyakitkan," ujar Netanyahu,  mengomentari peningkatan kekerasan di sepanjang pagar perbatasan dengan Gaza, dikutip Jerusalem Post.

Netanyahu mengatakan, Israel akan memberikan tindakan yang berbeda, tindakan yang akan mencakup pukulan sangat kuat. Menurutnya, jika Hamas cerdas, mereka akan menghentikan tembakan dan serangan sekarang juga.

Baca juga, Indonesia Kecam UU Negara Bangsa Yahudi.

Peringatan Netanyahu ini muncul setelah lebih dari 20 ribu warga Palestina ikut ambil bagian dalam aksi "March of Return" mingguan. Beberapa dari mereka melakukan upaya untuk menembus pagar perbatasan Gaza.

Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman dan kepala Hamas Ismail Haniyeh juga saling bertukar retorika. Lieberman memerintahkan penghentian penuh pengiriman gas dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

Tiga warga Palestina tewas dalam satu insiden setelah beberapa warga Gaza mencoba menerobos pagar keamanan di Jalur selatan. Saat itu 20 warga Palestina terlihat menyeberangi pagar dan penembak jitu Israel melepaskan tembakan dan membunuh ketiga orang itu.

"Selama kekerasan di Jalur Gaza tidak berhenti sepenuhnya, termasuk peluncuran pembakar dan pembakaran ban dekat dengan masyarakat Israel, pasokan bahan bakar dan gas ke Jalur Gaza tidak akan dilanjutkan," ujar Lieberman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement