Senin 15 Oct 2018 11:39 WIB

Eskalasi Kekerasan Meningkat, Netanyahu Peringatkan Hamas

Israel ancam hentikan pengiriman bahan bakar ke Gaza.

Rep: Marniati/ Red: Nashih Nashrullah
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.
Foto: Ronen Zvulun/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM— Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu  menyampaikan peringatan keras kepada Hamas setelah insiden kekerasan terbaru di sepanjang pagar perbatasan Israel-Gaza.

Dilansir Aljazeera, Senin (15/10), pada Jumat (12/10) aksi demonstrasi Great March of Return menewaskan tujuh demonstran.  

Sebagian besar aksi protes berlangsung damai, namun beberapa pengunjuk rasa  menggunakan balon dan layang-layang untuk membakar lahan pertanian  Israel.

"Kami sangat dekat dengan jenis tindakan lain yang akan mencakup serangan yang sangat kuat. Jika Hamas cerdas, mereka akan menghentikan api dan kekerasan itu sekarang," ujar Netanyahu dalam pertemuan kabinet, Ahad (15/10). 

Israel mengumumkan akan menangguhkan semua pengiriman bahan bakar ke Jalur Gaza, setelah insiden terbaru yang menewaskan tujuh warga Palestina  oleh pasukan Israel itu.

Gaza sangat bergantung pada pengiriman bahan bakar dari Israel untuk pembangkit listriknya. Israel pekan lalu mencapai kesepakatan untuk menyediakan bahan bakar yang dibiayai Qatar ke Gaza dalam meningkatkan pasokan listrik.

Sebuah kesepakatan yang ditengahi PBB menyebutkan bahwa Qatar berjanji untuk membayar 60 juta dolar AS untuk bahan bakar yang akan dibawa ke Gaza selama enam bulan.

Pada  Sabtu (14/10), Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan pengiriman bahan bakar hanya akan dilanjutkan jika ada penghentian kekerasan secara total, penghentian peluncuran balon pembakar (dari Gaza menuju Israel) dan penggunaan ban yang dibakar terhadap kota-kota Israel di dekat daerah kantong.

Selama aksi protes ini, demonstran Palestina harus berhadapan dengan gas air mata dan tembakan  jitu Israel.

Setidaknya 205 warga Palestina dan satu warga Israel tewas sejak protes dimulai pada 30 Maret.

Para pengunjuk rasa menuntut diizinkan kembali ke tanah mereka di Israel, di mana keluarga mereka telah mengungsi selama perang 1948 yang mengakibatkan terbentuknya negara Israel.

 

 

sumber : Aljazeera
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement