Selasa 30 Oct 2018 17:29 WIB

Duka Keluarga 3 Anak Palestina Korban Serangan Israel

Israel klaim pesawatnya tembak tiga warga Palestina yang dekati pagar perbatasan.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.
Foto: AP Photo/Adel Hana, File
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ratusan pelayat menghadiri pemakaman Khaled Abu Said (13 tahun), Abdulhamid Abu Daher (13), dan Mohammed Assatri (14) yang tewas terkena serangan tentara Israel pada Selasa (30/10). Tiga anak laki-laki Palestina itu menjadi sasaran serangan saat sedang berburu burung di dekat perbatasan Israel-Gaza, pada Senin (29/10).

Ibu Mohammed, Monira Assatri, menangisi kepergian putra satu-satunya itu. Menurut Assatri, sebelum terkena serangan, putranya tersebut mandi, berpakaian, dan berpamitan untuk pergi menemui teman-temannya.

"Beberapa jam kemudian, kami mendengar suara bom yang diikuti oleh banyak suara di luar, seperti sirine ambulans dan orang-orang berteriak. Saya bergegas ke kamar Mohammed dan dia tidak ada di sana," ujar Assatri.

Orang-orang di daerah mulai berkumpul di dekat rumah keluarga Mohammed dan bertanya tentang keadaannya. Lalu ayahnya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

"Mohammed dan temannya sering pergi berburu di dekat rumah kami. Seperti yang Anda lihat, kami hidup sangat dekat dengan daerah perbatasan, jadi putra kami pergi ke sana untuk bermain," kata Assatri kepada Aljazirah.

Baca juga, Jet Tempur Israel Tembaki Kompleks Militer Hamas di Gaza.

Kantor berita Palestina Wafa melaporkan, tentara Israel melepaskan tembakan ke arah ambulans dan mencegahnya untuk mencapai lokasi tiga anak laki-laki tersebut berada di timur laut Khan Younis.

Dalam sebuah pernyataan, militer Israel mengatakan pesawatnya menembaki tiga warga Palestina yang mendekati pagar perbatasan.

"Warga tersebut tampaknya menempatkan alat peledak improvisasi (IED) yang berdekatan dengan pagar itu," ujar pernyataan tersebut.

Keluarga anak-anak itu mengecam pernyataan Israel tersebut dan menyangkal bahwa anak-anak mereka hendak melakukan kekerasan. Tiga jam setelah kematian ketiganya oleh serangan udara, anggota staf Red Crescent menerima izin Israel untuk mengevakuasi jasad mereka.

"Minggu lalu, saya bertanya-tanya mengapa tiba-tiba saya kehilangan selera makan. Sekarang, saya tahu. Cahaya bulan di hatiku telah pergi, cahaya kehidupanku telah hilang," ujar Assatri, sambil meneteskan air mata.

"Bagaimana mungkin tentara Israel membunuh anak-anak yang tidak bersalah dengan cara itu. Apakah mereka tidak melihat melalui kamera? Saya menyerukan semua lembaga Arab dan internasional untuk menyelidiki pembunuhan anak-anak kami ini."

Saat serangan ofensif pada 2014, militer Israel menghancurkan rumah keluarga Assatri bersama dengan sejumlah rumah lain di daerah tersebut. "Hanya setahun yang lalu, rumah kami dibangun kembali. Rumah-rumah lain masih dalam pembangunan," katanya.

Beberapa meter dari rumah mereka, ibu dari Khalid Said juga menyampaikan perasaan dukanya saat mengetahui anak laki-lakinya terbunuh. Ayah Khalid pergi mencari putranya dan bertemu orang-orang di sepanjang jalan yang memberi tahu bahwa putranya termasuk di antara anak-anak yang tewas.

"Kami punya lahan pertanian di luar sana. Khalid pergi ke sana setiap hari. Hobi putra saya adalah membiakkan domba dan berburu burung. Dia selalu menanam di tanah," tutur dia.

Keluarga ketiga korban menyatakan mereka terkejut atas tuduhan bahwa putra-putra mereka telah menanam bom. "Bagaimana mereka bisa mendapatkan alat peledak? Saya percaya jika mereka melihatnya, mereka mungkin tidak dapat mengenalinya. Tidak seorang pun di sini memiliki afiliasi militer," kata ibu Khalid Said.

Kesedihan juga dirasakan Aisha Abu Daher (53), ibu dari Abdulhamid. "Dia anak bungsu saya. Dia sangat menyayangi saya. Dia penuh energi dan ambisi. Dia memimpikan kehidupan yang lebih baik untuk kita semua," paparnya.

Dia mendesak komunitas internasional untuk campur tangan melindungi anak-anak kita dari kejahatan Israel yang berlanjut. Dengan pembunuhan ketiga anak itu, jumlah korban tewas sejak protes Great Return March di Gaza menjadi 218 orang. Sebanyak 19 persen di antara mereka adalah anak-anak, menurut juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement