Senin 26 Nov 2018 16:40 WIB

Nasib Keluarga Palestina Dilempari Sampah Pemukim Israel

Keluarga Ewaiwe harus membentengi tempat tinggalnya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pembangunan permukiman ilegal Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Foto: EPA
Pembangunan permukiman ilegal Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, Keluarga Ewaiwe yang tinggal di Distrik H2 Hebron, tepatnya di permukiman Avraham Avinu, telah cukup merasakan kesewenang-wenangan para pemukim Israel di sana. Mereka seolah tak lagi dianggap sebagai manusia yang patut diperlakukan secara layak.

Tinggal di antara para pemukim Israel yang kerap berlaku semaunya, memaksa keluarga Ewaiwe harus membentengi tempat tinggalnya. Mereka memasang jaring kawat di bagian atas rumah. Jaring itu berfungsi menahan sampah yang kerap dilemparkan para pemukim dari lantai dua atau tiga rumahnya.

Tak hanya sampah, terkadang para pemukim membuang air dari tanki di lantai atas kediamannya ke atap rumah keluarga Ewaiwe. Yang paling fatal, mereka pernah melemparkan batu-batu berukuran besar. Batu tersebut pernah menghantam wastafel keluarga Ewaiwe dan menghancurkannya menjadi beberapa bagian.

Serangkaian kejadian tersebut membuat keluarga itu memasang jaring kawat di bagian atas rumahnya. Jaring itu dibentuk Komite Rehabilitas Hebron (HRC) empat tahun lalu.

Keluarga Ewaiwe sebenarnya tak menghendaki bagian atas rumahnya dipasangi jaring kawat. "Saya harap saya bisa melepas jaring kawat itu, saya muak. Jaring itu menghalangi udara, matahari," kata Basma Ewaiwe, dikutip laman Aljazirah, Senin (26/11).

Baca juga, Palestina: Permukiman Israel di Hebron Jadi Deklarasi Perang.

Kendati demikian, Basma menyadari bahwa jaring itu sangat berfungsi melindungi keluarganya. "Setidaknya batu-batu besar itu tidak masuk," ujarnya.

Tak hanya melempar sampah dan batu, pada kesempatan lain, beberapa pemukim ekstrem bahkan sempat menggeruduk rumah keluarga Ewaiwe. Salah satu kamar tidur di rumah Ewaiwe bahkan telah dibakar beberapa kali oleh para pemukim ekstrem.

Menurut penduduk, ketika para pemukim ekstrem menyerang rumah keluarga Ewaiwe, pasukan keamanan Israel menyaksikan kejadiannya. Namun mereka tak berbuat apa-apa.

Menurut keluarga Ewaiwe, satu-satunya cara untuk menghadapi situasi tersebut adalah bersabar. Hanya sedikit yang bisa mereka lakukan. "Apa yang bisa kita katakan tentang hidup kita? Kita hidup. Terlepas dari situasi buruk, kami masih tinggal di rumah kami. Allah menolong kita," kata Nidal Ewaiwe.

Apa yang dialami keluarga Ewaiwe adalah potret dari apa yang dihadapi keluarga Palestina di Hebron. Saat Israel menancapkan proyek permukiman di kota tersebut, kesibukan yang biasa berlangsung di pasar, toko, dan pabrik perlahan lenyap. Daerah itu dihancurkan dan menyebabkan tingkat kemiskinan di antara penduduknya melonjak.

Pada Oktober lalu, mantan menteri pertahanan Israel Avigdor Lieberman telah menyetujui proyek pembangunan permukiman baru di Hebron. Proyek permukiman keenam di distrik H2 Hebron berada langsung di bawah kendali militer Israel.

Permukiman itu akan dibangun di bekas pangakalan tentara Israel. Dana sebesar 6,1 juta dolar AS telah disiapkan otoritas Israel untuk proyek tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement